JAKARTA. Bank Rakyat Indonesia (BRI) terus berkomitmen mendongkrak layanan transaksi lindung nilai (hedging). Sebab langkah ini untuk mendukung kebijakan pemerintah agar meminimalkan risiko keuangan nasabah akibat fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat. Menurut Asmawi Syam, Direktur Utama BRI, hingga kini nilai fasilitas hedging yang telah diberikan kepada nasabah perusahaan di BRI sudah mencapai US$ 1,85 miliar. Jumlah tersebut sebagian besar diberikankepada kalangan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) senilai US$ 1,38 miliar. "Sementara sisanya US$ 475 juta merupakan fasilitas hedging yang kami berikan pada pelaku usaha swasta," kata Asmawi di Jakarta, Rabu (13/5). Asmawi menegaskan bahwa komitmen BRI untuk memberikan layanan transaksi lindung nilai akan terus ditingkatkan. Salah satunya melalui kerja sama dengan memberikan fasiltias hedging pada Pertamina yang perjanjiannya ditanda tangani hari ini. "Fasiltas hedging yang kami berikan pada Pertamina sebesar US$ 750 juta," ujar Aswawi.
BRI beri fasilitas hedging US$ 1,85 miliar
JAKARTA. Bank Rakyat Indonesia (BRI) terus berkomitmen mendongkrak layanan transaksi lindung nilai (hedging). Sebab langkah ini untuk mendukung kebijakan pemerintah agar meminimalkan risiko keuangan nasabah akibat fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat. Menurut Asmawi Syam, Direktur Utama BRI, hingga kini nilai fasilitas hedging yang telah diberikan kepada nasabah perusahaan di BRI sudah mencapai US$ 1,85 miliar. Jumlah tersebut sebagian besar diberikankepada kalangan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) senilai US$ 1,38 miliar. "Sementara sisanya US$ 475 juta merupakan fasilitas hedging yang kami berikan pada pelaku usaha swasta," kata Asmawi di Jakarta, Rabu (13/5). Asmawi menegaskan bahwa komitmen BRI untuk memberikan layanan transaksi lindung nilai akan terus ditingkatkan. Salah satunya melalui kerja sama dengan memberikan fasiltias hedging pada Pertamina yang perjanjiannya ditanda tangani hari ini. "Fasiltas hedging yang kami berikan pada Pertamina sebesar US$ 750 juta," ujar Aswawi.