BRI berpotensi raup dana Rp 40 triliun lewat rights issue, ini kata analis



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk berpotensi meraup dana segar hingga Rp 40 triliun dari rights issue. Hal ini membuat holding Ultra Mikro dinilai memiliki modal yang besar untuk melakukan ekspansi dalam meningkatkan pembiayaan, dan pemberdayaan ekosistem usaha mikro dan ultra mikro nasional.

Pemerintah telah menerbitkan landasan hukum pembentukan holding dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2021. Beleid itu hadir sebagai bentuk perwujudan visi pemerintah meningkatkan aksesibilitas layanan keuangan segmen ultra mikro. Sesuai PP tersebut, holding terdiri atas tiga entitas BUMN yakni BRI, PT Pegadaian (Persero) dan PT Permodalan Masyarakat Madani (Persero) atau PNM. 

Pada 22 Juli mendatang, BRI akan menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) dengan agenda persetujuan atas rights issue kepada para pemegang saham.


Baca Juga: Pefindo: Mayoritas multifinance punya rating yang tinggi

Head of Research PT Samuel Sekuritas Indonesia Suria Dharma mengatakan, penerbitan saham baru BRI guna pembentukan holding BUMN Ultra Mikro (UMi) adalah aksi korporasi yang sangat besar. Dharma memproyeksikan BRI berkesempatan menggalang dana segar dari investor publik hingga sekitar Rp 40 triliun, yang dapat digunakan untuk penguatan modal dan pengembangan bisnis ke depannya.

"Penghimpunan dananya sangat besar. Bahkan kalau hanya terserap 50%, itu saja bisa sampai Rp 20 triliun. Tentu perlu kita lihat berapa banyak dana yang nanti dapat terhimpun," ujar Dharma dalam keterangan tertulis yang diterima KONTAN pada Senin (19/7).

Perseroan akan menerbitkan saham baru kira-kira 28,67 miliar seri B atau setara dengan 23,25% saham BBRI saat ini dengan nilai nominal Rp 50 per saham. Pemerintah selaku pemegang saham pengendali akan mengambil bagian atas seluruh hak memesan efek terdahulu (HMETD), yang menjadi haknya melalui mekanisme inbreng atas saham milik pemerintah di Pegadaian dan PNM masing-masing 99,99%.

Suria mengakui jika banyak investor yang menyukai aksi korporasi ini. Pasalnya, potensi pengembangan bisnis akan semakin kuat, serta banyak memberi multiplier effect yang besar terhadap ekonomi. Dia menilai BRI pun nantinya memiliki rasio kecukupan modal di kisaran 23%. Capaian itu melebihi posisi permodalan bank pelat merah lainnya. 

Baca Juga: BRI sudah salurkan KUR sebesar Rp 84,8 triliun hingga semester I

“Dengan demikian, rasio kecukupan modal tersebut dapat berguna untuk melakukan ekspansi guna mendorong pemulihan ekonomi pasca pandemi,” ujarnya.

Kepala Riset PT Koneksi Kapital Marolop Alfred berpendapat holding ini akan memperdalam penetrasi jasa keuangan formal di segmen mikro bahkan ultra mikro nasional. "Tentu hal ini akan sangat baik bagi ekonomi. Ini untuk penetrasi pembiayaan segmen mikro. Pada akhirnya akan bermanfaat untuk kinerja holding ini, untuk meningkatkan pendapatan lebih optimal," katanya.

Alfred bilang, Pegadaian dan PNM akan mendapatkan dukungan pendanaan yang kuat dari BRI sebagai salah satu dampak holding. Selain itu, penetrasi bisnis Pegadaian dan PNM akan semakin lebar karena mendapat sokongan dari segi infrastruktur, manajemen, teknologi, hingga jaringan dari BRI maupun integrasi kinerja di dalam holding.

Selanjutnya: BTN sudah salurkan bansos Rp 433,7 miliar selama PPKM darurat

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi