KONTAN.CO.ID - JAKARTA. BRI Danareksa Sekuritas menurunkan rekomendasi saham PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN). Analis BRI Danareksa Sekuritas Victor Stefano menjelaskan setelah berhasil mencapai basis yang tinggi di kuartal III 2023, laba bersih CPIN berubah menjadi negatif di Kuartal IV-2024. Hal tersebut diiringi dengan seluruh segmen yang juga melaporkan penurunan margin qoq. Begitu pula dengan pendapatan kotor turun sebesar 9% qoq di semua segmen bisnis. Menurut Victor hal ini terutama disebabkan oleh penurunan pendapatan day old chicken (DOC) sebesar 40% secara tahunan atau year on year (YoY).
“Hal ini kami yakini disebabkan oleh penurunan volume dan ASP,” jelas Victor, Rabu (27/3). CPIN membukukan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 2,31 triliun. Angka ini mengalami penurunan 20,82% jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya (YoY) sebesar Rp 2,92 triliun. Meski begitu, CPIN berhasil mencetak pertumbuhan pendapatan bersih sebesar 8,35% secara tahunan (YoY) menjadi Rp 61,61 triliun. Pada 2022, CPIN meraup pendapatan neto Rp 56,86 triliun. Victor mengatakan laba bersih yang lebih rendah sepanjang tahun 2023 tersebut didorong oleh penurunan margin usaha sebesar 53bps terutama disebabkan oleh penurunan margin day old chicken (DOC) dan makanan olahan serta penurunan pendapatan operasional lainnya. “Jadi angka tersebut sedikit lebih rendah dari estimasi kami,” ujarnya. Victor menambahkan CPIN membukukan laba operasional sebesar Rp3,9 triliun atau menurun 6% (YoY) di sepanjang 2023. Ia melanjutkan laba operasional lainnya yang lebih rendah dari perkiraan disebabkan oleh tidak adanya keuntungan dari unggas yang dimusnahkan. Hal tersebut menyebabkan menurunnya laba bersih. Maka Victor mengatakan ia memangkas perkiraan laba bersih tahun 2024/ dan perkiraan tahun 2025 untuk memperhitungkan pendapatan lain-lain yang lebih rendah.
“Kami menurunkan estimasi laba bersih tahun 2024/perkiraan 2025 sebesar -9% atau -5%,” ucapnya. Sedangkan untuk rekomendasi saham CPIN, Victor menjelaskan dengan perkiraan EBITDA perkiraan 2024 yang sedikit lebih rendah sebesar Rp 5,9 triliun ia mempertahankan target harga di Rp 5.200 berdasarkan 15,4x EV/EBITDA (-1SD dari rata-rata 5 tahun) pada FY24F dengan EBITDA menyiratkan rasio PE 29/21x FY24/FY25F. Menurutnya risiko positifnya adalah kemungkinan dimulainya kembali program pemusnahan dan pencabutan larangan impor jagung. “Jadi kami pertahankan TP di Rp 5.200, namun turunkan rating kami menjadi Hold dari beli sebelumnya,” jelas Victor. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi