BRI Danareksa Turunkan Perkiraan Kinerja Indosat (ISAT), Simak Alasannya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. BRI Danareksa merevisi turun perkiraan kinerja PT Indosat Tbk (ISAT) di akhir tahun 2023. Hal ini beriringan dengan ekspansi yang sedang dilakukan perseroan.

Analis BRI Danareksa Sekuritas Niko Margaronis mengatakan, penyerapan belanja modal (capital expenditure/capex) ISAT baru mencapai 33% dari total anggaran Rp 13 triliun. Namun, diperkirakan penyerapannya akan meningkat di paruh kedua tahun ini.

Hal tersebut menyusul selesainya teknologi Multi Operator Core Network (MOCN) atau konsolidasi spektrum dari pemadaman 3G. Sehingga dapat mendorong distribusi pemasaran, serta meningkatkan layanan kepada end-users guna meningkatkan konsumsi pelanggan.


Baca Juga: 10 Saham Ini Paling Banyak Dikoleksi Asing Dalam Sepekan

Menurutnya, perseroan sedang mencari investasi di daerah luar Jawa di semester II. “Dengan demikian kami mengharapkan penyerapan anggaran secara penuh,” tulisnya dalam riset, Rabu (9/8).

Di sisi lain, terdapat sejumlah katalis yang akan mendorong prospek ISAT di masa mendatang, seperti target rerata pendapatan per pengguna (ARPU) mencapai Rp 40.000 juga diperkirakan masih akan tercapai pada kuartal I 2024. Adapun di kuartal II 2023, ARPU perseroan sebesar Rp 35.800.

 
ISAT Chart by TradingView

Sebagai informasi, ISAT telah meningkatkan ARPU pada pelanggan Hutchison setelah mengalami peningkatan yang signifikan dalam pengalaman jaringan. Pada Juli 2023, perseroan telah menaikkan harga pada seluruh lini produk AlwaysON, Combo, Happy, Bima+, dan lainnya sebanyak 36%.

“Risiko downside ada pada target waktu menghasilkan imbal hasil ekuitas, tetapi mengingat adanya pemilu dan lebaran tahun depan, target tersebut realistis dan ARPU dapat mendekati pesaingnya,” sambungnya.

Baca Juga: Pelaku Industri Telekomunikasi Tanggapi Isu Starlink Masuk ke Indonesia

Prospek ISAT juga didorong banyaknya penyedia infrastruktur memiliki motivasi yang kuat untuk bermitra dengan perseroan. Niko juga berspekulasi bahwa penyedia layanan internet turut termotivasi untuk bermitra, mengingat bahwa Fixed–mobile convergence (FMC) dengan dua pemain menjadi norma industri yang baru.

Editor: Noverius Laoli