KONTAN.CO.ID - Jakarta. Target pencapaian margin kontribusi positif PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) di kuartal 3 tahun 2023 diproyeksikan akan segera terwujud seiring dengan sejumlah inisiatif dan strategi bisnis yang dilakukan perusahaan menuju profit. Berdasarkan riset terbaru per 9 Januari 2023, BRI Danareksa Sekuritas, memperkirakan GOTO bisa mendekati target profitabilitasnya bahkan jika perusahaan teknologi tersebut tidak melakukan aksi penggalangan dana. “Kami terus percaya bahwa GOTO dapat mencapai margin kontribusi positif di kuartal 3 2023 dan EBITDA dapat tercapai di tahun 2025 bahkan tanpa penambahan modal baru,” ujar Niko Margaronis, analis riset BRI Danareksa, dikutip Selasa (10/1/2023).
BRI Danareksa Sekuritas memproyeksikan kenaikan pendapatan GOTO tahun 2023 menjadi Rp 22,93 triliun dari 13,03 triliun di 2022 dan penurunan kerugian rugi EBITDA tahun 2023 menjadi Rp 16,47 triliun dari 25,77 triliun di 2022. Kalkulasi tersebut mempertimbangkan beberapa perkembangan terkini dari GOTO. Pertama, perubahan skema biaya untuk Official Store Tokopedia dapat meningkatkan take-rate (komisi) Tokopedia sekitar 4%. Kedua, di segmen on-demand, Gojek memanfaatkan momentum kebangkitan mobilitas setelah masa pandemi. Di Singapura, Gojek meningkatkan biaya komisi untuk mitra driver nya dari 10% menjadi 15% dan meluncurkan jenis GoCar Kids dan GoCar XL. Di Jakarta, GoCar juga menambah layanannya dengan kendaraan mewah dan yang lebih luas untuk merambah ke segmen pasar yang baru. Ketiga, GoPay tetap menjadi katalis adopsi layanan lain di GoTo Financial, seperti GoBiz, GoModal, dan GoKasir. GoTo Financial berpeluang memanfaatkan digitalisasi UMKM yang yang diharapkan pemerintah dapat mencapai 30 juta di tahun 2030. Niko juga mengungkapkan bahwa ke depannya biaya promosi, pemasaran, dan iklan dapat menurun seiring bertambahnya sinergi ekosistem GOTO. Dengan proyeksi tersebut, BRI Danareksa Sekuritas mempertahankan rekomendasi beli saham GOTO dengan target harga Rp 196 dan potensi upside hingga +106,3%. Target harga tersebut telah mempertimbangkan penurunan minat investor global terhadap saham sektor teknologi.