Jakarta.Untuk mempercantik neraca keuangannya, tahun 2009 kemarin Bank Rakyat Indonesia (BRI) telah melakukan hapus buku atau write off kredit sebesar Rp 2,5 triliun. Dari jumlah itu, sekitar 265 miliar berasal dari kredit usaha mikro kecil menengah (UMKM). “Recovery kredit hapus buku kami sekitar 15%,” jelas Bambang Soepeno, Direktur Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) BRI (30/3). Bambang menjelaskan, kualitas kredit di sektor menengah cenderung menurun. Memburuknya perekonomian dunia ikut mengguncang bisnis sejumlah debitur BRI. Per akhir 2009, rasio non performing loan (NPL) BRI mencapai 3,52% dari total kredit sebesar Rp 205,5 triliun. Dari total NPL senilai Rp 7,2 triliun itu, sekitar 12% atau sebesar Rp 864 miliar berasal dari kredit menengah. Sedang NPL untuk kredit mikro dan korporasi masing-masing 1,4% dan 4,3%, Akibat melambungnya NPL, BRI harus melakukan pencadangan senilai Rp 5,8 triliun, atau melesat 106,3% dibanding biaya di 2008. Seandainya kualitas kredit tidak memburuk, BRI sesunguhnya berpotensi mengantongi laba lebih besar. Sebab, sebelum dikurangi biaya pencadangan, laba BRI mencapai Rp 14,3 triliun. Alhasil di tahun 2009 laba bersih BRI mengantongi laba bersih sebesar Rp 7,3 triliun atau naik 22,6% dibandingkan 2008 senilai Rp 5,9 triliun. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
BRI Hapus Buku Kredit Rp 2,5 triliun
Jakarta.Untuk mempercantik neraca keuangannya, tahun 2009 kemarin Bank Rakyat Indonesia (BRI) telah melakukan hapus buku atau write off kredit sebesar Rp 2,5 triliun. Dari jumlah itu, sekitar 265 miliar berasal dari kredit usaha mikro kecil menengah (UMKM). “Recovery kredit hapus buku kami sekitar 15%,” jelas Bambang Soepeno, Direktur Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) BRI (30/3). Bambang menjelaskan, kualitas kredit di sektor menengah cenderung menurun. Memburuknya perekonomian dunia ikut mengguncang bisnis sejumlah debitur BRI. Per akhir 2009, rasio non performing loan (NPL) BRI mencapai 3,52% dari total kredit sebesar Rp 205,5 triliun. Dari total NPL senilai Rp 7,2 triliun itu, sekitar 12% atau sebesar Rp 864 miliar berasal dari kredit menengah. Sedang NPL untuk kredit mikro dan korporasi masing-masing 1,4% dan 4,3%, Akibat melambungnya NPL, BRI harus melakukan pencadangan senilai Rp 5,8 triliun, atau melesat 106,3% dibanding biaya di 2008. Seandainya kualitas kredit tidak memburuk, BRI sesunguhnya berpotensi mengantongi laba lebih besar. Sebab, sebelum dikurangi biaya pencadangan, laba BRI mencapai Rp 14,3 triliun. Alhasil di tahun 2009 laba bersih BRI mengantongi laba bersih sebesar Rp 7,3 triliun atau naik 22,6% dibandingkan 2008 senilai Rp 5,9 triliun. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News