BRI: Holding ultra mikro percepat penyaluran kredit di bawah Rp 10 juta ke petani



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tak lama lagi, holding ultra mikro akan segera berdiri menyasar pelaku usaha kecil. Holding yang terdiri dari PT Bank Rakyat Indonesia Tbk, PT Pegadaian, dan PT Permodalan Nasional Madani bisa menyasar kredit kepada para pelaku petani dengan plafon di bawah Rp 10 juta.

Direktur Utama BRI Sunarso mengakui permintaan kredit memang melemah di tengah pandemi. Namun BRI tetap memfokuskan sumber daya dan jejaring di lapangan agar bisa menaikkan permintaan kredit. Ia melihat terdapat potensi kredit dari segmen mikro dan segmen terkait dengan pangan.

“Terutama karena dalam keadaan seperti apapun kita masih butuh pangan. Dan ternyata saran saya itu saya katakan tepat untuk merespon challenge. Namun memang perlu diwadahi dalam satu ekosistem sehingga bisa bekerja lebih efisien. Baik untuk banknya maupun daya jangkaunya kepada masyarakat,” ujarnya dalam pernyataan resmi pada Rabu (4/8). 


Baca Juga: Semester I 2021, penjualan produk bancassurance BTN lampaui target

Di sisi lain, pemerintah telah menyiapkan plafon Kredit Usaha Rakyat (KUR) senilai Rp 253 triliun untuk disalurkan sepanjang 2021. Sebanyak Rp 70 triliun atau 30% dari pagu itu akan dialokasikan untuk sektor pertanian. 

Menurut Sunarso, BRI saat ini sudah banyak yang mendapatkan kredit dengan plafon Rp 10 juta ke bawah atau tergolong segmen ultra mikro. Kemudian di Pegadaian rata-rata nominal pinjaman nasabah Rp 4 juta. Adapun di PNM bisa lebih kecil dari itu, yang memang melalui mekanisme group lending.

Dus, ketiga perseroan ini sudah menggeluti ultra mikro. Oleh sebab itu, kehadiran holding dinilai dapat membantu petani dengan pengajuan kredit bernominal di bawah Rp10 juta sehingga bisa memacu pertaniannya.

“Tapi yang perlu didorong adalah daya jangkau layanan kita, kemudian efisiensi dari sisi kreditur, yang dibina, yang diberikan pinjaman itu yang perlu ditingkatkan (melalui holding),” ujar Sunarso memaparkan.

Sementara itu pendapat Direktur Utama Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Mirza Adityaswara menguatkan optimisme Sunarso. Saat ini, kata dia, net interest margin di level mikro sudah mulai menurun dengan adanya KUR.

Baca Juga: Kejar syarat modal minimum Rp 2 triliun, bank cilik berlomba gelar rights issue

Hal itu membuat ciut nyali industri layanan jasa keuangan utamanya perbankan untuk masuk ke segmen tersebut. Namun, BRI tetap dominan. Dia menilai, BRI sudah memegang pasar di segmen tersebut sehingga menentukan pricing di sektor ini.

Mirza berpendapat, adanya sinergi yang melibatkan PNM melalui holding, akan semakin memperkokoh kinerja ke depan, di mana cost of fund dapat ditekan dan integrasi ini dapat menciptakan efisiensi. 

“Nah, kalau ada BRI harapannya adalah bisa memberikan bantuan teknologi, bisa lakukan efisiensi-efisiensi terkait untuk biaya, dan kemudian bisa sinergi produk,” pungkasnya. 

Selanjutnya: Banyak fintech lending berguguran, apakah ada peluang untuk merger?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi