KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pembentukan Holding Ultra Mikro di bawah PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) disebut akan dapat memberikan suku bunga yang semakin terjangkau untuk melayani semakin banyak nasabah UMi. Hal tersebut selaras dengan aspirasi BRI menjadi Champion of Financial Inclusion. Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan, salah satu tujuan utama pendirian Holding UMi (Ultra Mikro) yaitu memberikan layanan keuangan yang lebih luas, lebih cepat dan lebih terjangkau kepada segmen UMi di seluruh Indonesia yang pada akhirnya meningkatkan inklusi finansial di Indonesia. Seperti diketahui, perluasan jangkauan sudah dijalankan dengan target bisa menangani 55 juta nasabah hingga 2024. Khusus tahun ini ditargetkan 5 juta nasabah ultra mikro.
Baca Juga: Kinerja BRI Tahun Ini Diramal Tumbuh Positif, Begini Rekomendasi Saham BBRI "Saat ini sinergi ekosistem ultra mikro masih dalam tahap awal, yaitu untuk mempersiapkan fondasi yang kuat dalam perwujudan sinergi yang diharapkan dapat meningkatkan produktivitas, mendorong pertumbuhan, dan meningkatkan efisiensi," kata Sunarso kepada kontan.co.id. Sunarso menyebut, untuk memurahkan bunga kredit ultra mikro ada pada biaya dana. Adapun dana yang dicari Permodalan Nasional Madani (PNM) dan Pegadaian tidak akan bisa lebih murah dari BRI sehingga tidak bisa diandalkan untuk menurunkan bunga. Itu hanya bisa dilakukan BRI karena biaya dana atau cost of fund (CoF) BRI masih sekitar 2%. Jika PNM dan Pegadaian mendapat biaya dana nol persen, bunga yang diberikan masih tetap jauh di atas 10%. Pasalnya perusahan itu membutuhkan biaya menggaji karyawan yang akan melayani dan mendampingi nasabah dengan biaya overhead sekitar 10%. Menurut Sunarso, jika ditambah pencadangan seandainya terjadi kredit macet sekitar 3% maka biayanya sudah mencapai 13%. Itu belum termasuk margin. "Untuk menurunkan bunga lebih murah dari itu rasanya tidak akan bisa kalau tidak ada campur tangan dari subsidi," kata Sunarso. Sunarso menambahkan, sinergi Holding Ultra Mikro telah mulai menunjukkan dampak positif kepada kinerja masing masing perseroan khususnya dari CoF (Cost of Fund) ketiga entitas yang saat ini telah menunjukkan perbaikan.
"Namun demikian CoF hanya merupakan salah satu komponen dari upaya meningkatkan efisiensi yang diharapkan dari sinergi UMi. Komponen lain yang tidak kalah penting adalah penurunan OPEX (
operational Expenditures) dan perbaikan kualitas kredit masih harus terus diupayakan melalui inisiatif co-location Senyum (Sentra Layanan Ultra Mikro) , aplikasi Senyum Mobile dan optimalisasi data analytics," jelas Sunarso. Menurutnya, inisatif-inisiatif tersebut membutuhkan waktu yang cukup untuk memberikan dampak efisiensi, namun inisiatif tersebut akan lebih memberikan dampak positif dalam jangka panjang (sustainable) khususnya dalam menurunkan biaya secara keseluruhan. Di sisi lain, Direktur Operasional PNM Sunar Basuki juga mengaku kalau suku bunga holding UMi sudah turun untuk produk Mekaar yang naik kelas. Sedangkan kata Sunar untuk suku bunga reguler masih dalam kajian untuk diturunkan. Kendati demikian, Sunar enggan memberikan informasi lebih jauh berapa penurunannya. "Masih dirumuskan oleh holding BRI," katanya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .