BRI minat beli Bank Mutiara, asalkan...



JAKARTA. Meski telah memutuskan untuk turut serta mengajukan rencana akuisisi terhadap Bank Mutiara, namun PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) mengaku tidak akan menggelontorkan dana senilai Rp 6,7 triliun atau setara dengan dana talangan alias bailout pada tahun 2008. "BRI untuk alokasi Rp 6,7 triliun terlalu tinggi. Kami tidak mau. Kami ini bankir, kami pasti lebih detil dalam menghitung prospek. Hitung-hitungan kami, kalau mau dijual dengan harga Rp 6,7 triliun, tidak worth it (layak). Maaf saja. Terlampau mahal untuk kami," ujar Direktur Utama BRI, Sofyan Basir di Gedung BRI, Jakarta, Senin (28/4). Meski begitu, Sofyan mengaku belum dapat memastikan harga jual Bank Mutiara secara layak. Sebab harga jual baru bisa ditentukan setelah proses due diligence tuntas dilakukan. "Kami belum melakukan due diligence terhadap Bank Mutiara. Kami baru menyatakan minat dengan mengikuti lelang," jelas Sofyan. Menurut Sofyan, hingga saat ini bank dengan kode emiten BBRI ini masih menghitung nilai kelayakan harga jual dari eks Bank Century jika kelak benar-benar diakuisisi.

Ia menambahkan, BRI tak ingin ketinggalan dalam melakukan penawaran lelang Bank Mutiara, lantaran mencari target akuisisi anorganik yang sesuai dengan perkembangan bisnis inti atau core bisnis perseroan. "Maksud saya ikut lelang dengan tujuan jangan sampai ada penawaran murah dan rendah, kami malah ketinggalan. Itu sayang sekali. Kami sudah memasukkan penawaran sebelum tanggalnya ditutup. Untuk nilainya, nanti kami hitung," katanya. Sekadar informasi, BRI sudah memasukkan penawaran terhadap Danareksa Sekuritas pada 22 April lalu, terkait lelang yang dilakukan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) untuk menjual Bank Mutiara. Hingga penutupan pendaftaran investor calon pembeli Bank Mutiara kemarin, Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menyatakan terdapat 18 calon investor. Menurut Sekretaris LPS, Samsu Adi Nugroho, hanya 4 calon pembeli Bank Mutiara yang berasal dari dalam negeri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Dikky Setiawan