BRI Nilai Perlu Ada Insentif Bagi Bank yang Lakukan Pembiayaan ke Sektor Hijau



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) prospek pembiayaan pada industri yang melakukan aktivitas bisnis berkelanjutan dengan menerapkan prinsip Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola Perusahaan (Environmental, social and corporate governance/ESG) akan terus meningkat.

Aestika Oryza Gunarto, Sekretaris Perusahaan BRI mengatakan, prospek tersebut akan meningkat di masa mendatang seiring dengan meningkatnya kesadaran atas isu-isu lingkungan, sosial dan tata kelola.

BRI terus berkomitmen untuk meningkatkan pembiayaan di sektor-sektor yang melakukan aktivitas bisnis berkelanjutan tersebut.


"Perbankan punya peran signifikan dalam mendorong transformasi menuju ekonomi hijau, antara lain melalui fokus pendanaan kepada sektor hijau maupun dengan mengajak nasabah untuk melakukan praktek bisnisnya sesuai dengan prinsip-prinsip berkelanjutan," kata Aestika pada Kontan.co.id, Selasa (21/12).

Baca Juga: Gandeng Pegadaian, Bank BRI Luncurkan Kartu Emas

Untuk mendorong transformasi tersebut, BRI melihat perlunya dukungan pemerintah maupun regulator. Pertama, perlu ada penyusunan kebijakan yang mendukung dalam hal kegiatan pendanaan kepada sektor industri tertentu dalam rangka mengurangi dampak perubahan iklim, seperti sektor kelapa sawit, pulp & paper, serta batu bara.

Kedua, perlu ada kebijakan penurunan ATMR untuk pendanaan ke sektor hijau. Ketiga, perlu ada pemberian insentif kepada perbankan yang melakukan transformasi.

Aestika menjelaskan, insentif itu berupa subsidi bunga penyaluran kredit bagi nasabah yang memenuhi syarat dalam ruang lingkup ekonomi hijau, pinjaman dari BI dengan biaya yang lebih rendah untuk digunakan bank dalam rangka pembiayaan sektor hijau dan subsidi biaya-biaya yang terkait pembiayaan ke sektor hijau, seperti pelaksanaan assessment, asuransi, feasibility study atas kelayakan green project nasabah.

Hingga akhir Kuartal III 2021, BRI telah menyalurkan kredit ke bisnis berkelanjutan senilai Rp 607,7 triliun atau setara 65,3% dari seluruh total kredit perseroan. Angka ini tercatat naik 9,1% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (year on year/YoY).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto