KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Rakyat Indonesia (BRI) memastikan bahwa insiden jebolnya pertahanan keamanan Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) akibat serangan siber seperti Ransomware tidak berdampak pada keamanan data nasabah dan data penting lainnya di BRI. "BRI tidak merasakan dampak dari insiden keamanan digital yang baru-baru ini terjadi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Namun, kami sangat memperhatikan dan mengikuti perkembangan insiden tersebut," kata Arga M Nugraha, Direktur Digital dan Teknologi Informasi BRI kepada Kontan, Rabu (3/7). Arga menambahkan, insiden tersebut justru semakin mendorong BRI untuk terus meningkatkan kewaspadaan terhadap berbagai bentuk serangan siber dan memperkuat keamanan digital.
"Termasuk dalam hal ini adalah mengalokasikan sebagian yang cukup signifikan dari anggaran kami untuk penguatan pengembangan keamanan digital, yang meliputi aspek teknologi, proses, dan people," ungkapnya. BRI menerapkan cybersecurity framework berbasis NIST (National Institute of Standards and Technology) sebagai dasar pengembangan keamanan digital dan menerapkan end-to-end security di semua layanan perbankan digitalnya.
Baca Juga: BRI Rilis Kebijakan Baru Terkait Rekening Pasif, Berlaku 1 Agustus 2024 Langkah-langkah ini mencakup penerapan perangkat keamanan digital terkini, pengembangan aplikasi yang terintegrasi dengan tim keamanan (DevSecOps practices), pemantauan keamanan TI secara real-time, penanganan proaktif celah keamanan (vulnerability management), dan pembentukan Tim Tanggap Insiden Keamanan Komputer (Computer Security Incident Response Team) yang bersertifikat oleh BSSN. Arga juga menyebut bahwa BRI membangun dan mengoperasikan multiple data centers untuk membangun resiliensi. Melihat perkembangan terkait keamanan digital belakangan ini, pihaknya berharap permasalahan ini segera berakhir dengan baik agar dapat menjadi pembelajaran bersama, khususnya bagi BRI dalam mengelola risiko keamanan siber. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .