BRI: Perbankan di Indonesia Memiliki Eksposur Risiko yang Minim Atas Kolapsnya SVB



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Direktur Utama BRI Sunarso menilai, kolapsnya bank terbesar kedua di Amerika Serikat (AS) SVB Financial Group atau Silicon Valey Bank akan berdampak sangat minim terhadap  industri perbankan Indonesia. 

Sunarso mengungkapkan, industri perbankan Indonesia saat ini dalam kondisi solid dan memiliki eksposur risiko yang minim atas kolapsnya salah satu bank di Amerika Serikat, Silicon Valley Bank (SVB) tersebut.

“Perbankan di Indonesia, utamanya BRI, jauh dari episentrum krisis tersebut. Hal ini tercermin salah satunya dari permodalan yang kuat serta likuiditas yang memadai,” terangnya dalam siaran pers, Kamis (16/3).


Baca Juga: Begini Respons East Ventures atas Kebangkrutan SVB

Hingga akhir tahun 2022 tercatat CAR BRI (konsolidasian) berada di level 25,54% dan LDR (konsolidasian) terjaga di level 87,09%.

Sunarso juga mengingatkan bahwa sebelumnya BRI berhasil melewati krisis berkali-kali, dari krisis moneter di tahun 1998 hingga krisis yang diakibatkan oleh pandemi Covid-19.

Ia menilai, saat ini perbankan Indonesia sangat taat dalam penerapan BASEL dalam hal risk management-nya, sehingga pembentukan modal juga cukup tebal. Di sisi lain pengawasan dari OJK terhadap bank juga sudah sangat baik, di samping itu, Bank Indonesia juga terus men-support dalam pemenuhan likuiditas.

“Saat ini kita tetap harus optimistis tapi tidak jumawa dan tidak sembrono. Jadi tetap kita jalankan prinsip-prinsip good corporate governance, risk management yang baik, saya kira itu kuncinya. Jadi optimistis tapi juga tetap harus hati-hati dan kita punya tools itu semua, terutama di perbankan,” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi