JAKARTA. Ada yang menarik dari laporan keuangan Bank Rakyat Indonesia (BRI) posisi Desember 2010 (unaudited). Bank yang baru akan merilis kinerja 2010 (audited) pekan ini, tercatat melakukan resturkturisasi kredit sebesar Rp 7,91 triliun. Tahun sebelumnya, bank spesialis kredit UMKM inii hanya merestrukturisasi kredit senilai Rp 878 miliar. BRI melakukan restrukturisasi kredit dengan status lancar sebesar Rp 6,36 triliun, dalam pengawasan khusus sekitar Rp 427 milliar, kurang lancar Rp 526,86 milliar, diragukan Rp 181,8 milliar dan macet Rp 413,47 miliar. Total kredit yang mengalir pada periode itu mencapai Rp 245,30 triliun, naik 19,33% dibandingkan periode yang sama tahun 2009 sebesar Rp 205,56 triliun. Adapun rasio kredit bermasalah atawa non performing loan (NPL) berada di level 4,39%.
Sofyan Basir, Direktur Utama BRI menjelaskan, pihaknya gencar melakukan restrukturisasi ke kredit sektor ritel dan menengah serta sebagian kecil ke debitur korban bencana Merapi. "Berapa besaran recovery aset, saya belum bisa bilang karena kami belum tutup buku," ujarnya, Ahad (27/3). Untuk merestrukturisasi kredit, BRI mengajukan beberapa opsi. Antara lain, pemanjangan waktu pembayaran cicilan kredit dan pengurangan besaran cicilan yang dibayarkan debitur. Namun, bagi yang tidak memiliki prospek perbaikan, BRI tak segan-segan menghapusbukukan "Dengan strategi ini kredit macet akan kembali lancar," tambahnya. Informasi saja, untuk bencana Merapi, BRI membukukan kredit macet senilai Rp 244 miliar. Komposisinya, kredit macet dari non-kredit usaha rakyat (KUR) mencapai Rp 230,5 milliar dan KUR sebesar Rp 13,5 milliar. Sementara di segmen ritel dan menengah hingga September 2010, total kredit bermasalah BRI dalam rupiah dan valuta asing (valas) mencapai Rp 9,78 triliun. Terdiri dari kredit UMKM Rp 7,97 triliun dan non-UMKM Rp 1,81 triliun. Nilai tersebut naik 29,88% dibandingkan periode sama tahun 2009 sebesar Rp 7,53 triliun. Saat itu BRI berhasil melakukan hapusbuku kredit macet Rp 2,5 triliun.