JAKARTA. Bank Rakyat Indonesia (BRI) Syariah mulai menjajakan lagi produk gadai beragun emas. Manajemen bank ini mengaku telah mendapatkan kembali izin, setelah perbaikan standard operating procedure (SOP) mendapat persetujuan Bank Indonesia (BI). Dua bank syariah lain yang juga terkena penghentian sementara (suspensi) bisnis gadai, yakni Bank Syariah Mandiri (BSM) dan BNI Syariah, masih menanti proses izin. Direktur Bisnis BRI Syariah, Ari Purwandono menuturkan, pihaknya mendapatkan izin BI beberapa hari setelah keluar peraturan qardh beragunan emas. "Kami sudah memenuhi persyaratan," ucapnya. Persyaratan itu antara lain soal rasio loan to value (LTV) atau rasio utang terhadap barang, batas maksimal pembiayaan per nasabah, dan pengaturan portofolio sebesar 20% terhadap total pembiayaan. BI meminta tiga bank syariah yang disuspen ini untuk menurunkan outstanding pembiayaannya hingga batas tersebut. Informasi saja, nilai gadai emas BRI Syariah per 27 Desember 2011 mencapai Rp 1,5 triliun atau 16,66% dari total pembiayaan Rp 9 triliun
BRI Syariah kembali layani gadai emas
JAKARTA. Bank Rakyat Indonesia (BRI) Syariah mulai menjajakan lagi produk gadai beragun emas. Manajemen bank ini mengaku telah mendapatkan kembali izin, setelah perbaikan standard operating procedure (SOP) mendapat persetujuan Bank Indonesia (BI). Dua bank syariah lain yang juga terkena penghentian sementara (suspensi) bisnis gadai, yakni Bank Syariah Mandiri (BSM) dan BNI Syariah, masih menanti proses izin. Direktur Bisnis BRI Syariah, Ari Purwandono menuturkan, pihaknya mendapatkan izin BI beberapa hari setelah keluar peraturan qardh beragunan emas. "Kami sudah memenuhi persyaratan," ucapnya. Persyaratan itu antara lain soal rasio loan to value (LTV) atau rasio utang terhadap barang, batas maksimal pembiayaan per nasabah, dan pengaturan portofolio sebesar 20% terhadap total pembiayaan. BI meminta tiga bank syariah yang disuspen ini untuk menurunkan outstanding pembiayaannya hingga batas tersebut. Informasi saja, nilai gadai emas BRI Syariah per 27 Desember 2011 mencapai Rp 1,5 triliun atau 16,66% dari total pembiayaan Rp 9 triliun