BRI tetap mendominasi kucuran kredit mikro



JAKARTA. Kinerja PT Bank Rakyat Indonesia Tbk di paruh pertama tahun ini terbilang gemilang. Emiten berkode saham BBRI itu berhasil mencetak laba bersih Rp 8,7 triliun, naik 28,22% dibandingkan periode sama 2011 senilai Rp 6,79 triliun.

Meski berlaba fantastis, pertumbuhan kredit BBRI di semester I 2012 hanya 14% year-on-year (yoy), atau senilai Rp 304,8 triliun per 30 Juni 2012. Rendahnya pertumbuhan kredit ini karena BRI tengah mengonsolidasi segmen ritel dan menengah. Kualitas kredit diperbaiki agar rasio NPL gross di segmen itu menyusut menjadi 3,75%.

Meski begitu, kredit UMKM tetap menjadi favorit BRI. Di semester I 2012, penyaluran kredit mikro BRI tumbuh 15,03% yoy menjadi Rp 96 triliun. Segmen ini menguasai 32% portofolio kredit BRI.


Helmi Therik, analis AAA Securities, dalam laporan riset terbarunya, menulis, kenaikan kredit mikro di paruh pertama 2012 datang dari KUPEDES dan KUR yang masing-masing menyumbang 77% dan 23% terhadap total kredit mikro.

Ekspansi outlet dan penambahan petugas pemberi kredit, mulai berkontribusi terhadap pertumbuhan pinjaman. Rasio petugas pinjaman kredit mikro per outlet naik menjadi 2,61 pada 2012 dari sebelumnya 1,67 di 2010.

Robby Hafil, analis Trimegah Securities, memperkirakan pertumbuhan kredit mikro pada paruh kedua tahun ini akan lebih optimal. Penambahan gerai sejak awal tahun bakal berdampak positif ke kinerja BBRI. Jumlah outlet BRI pada kuartal II 2012 mencapai 1.621 outlet.

Padahal jumlah outlet di periode yang sama tahun lalu baru 929. Jansen Kustianto, analis Sinarmas Sekuritas, mengatakan kenaikan kredit mikro BRI sudah sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia. “Semester I, PDB kita tumbuh di atas 6%. Pertumbuhan ekonomi berkorelasi dengan pertumbuhan kredit. Biasanya pertumbuhan kredit menyokong pertumbuhan ekonomi,” ungkap dia.

Bank BRI juga harus berbagi ceruk kredit mikro dengan pemain-pemain baru. Saat ini ada dua pemain utama lainnya di ranah mikro selain BRI, yakni Bank Danamon dan Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN).

Belakangan, Bank CIMB Niaga, Bank Mandiri, Bank Mega dan Bank Mutiara ikut bermain sebagai penyalur kredit mikro. Segmen ini juga tak luput dari incaran bank asing semacam Standard Chartered Bank, Citibank dan HSBC Indonesia.

Jansen menganggap para pesaing belum bisa menggeser BRI. “Tidak semudah itu membangun jaringan. Jangan lupa, jaringan BRI paling luas sampai daerah pedalaman,” kata dia. Tahun ini, Jansen memperkirakan kredit mikro BRI mampu tumbuh 24%, sementara pertumbuhan kredit mikro tahun lalu 19,6%.

Ketiga analis merekomendasikan buy untuk saham BBRI. Jansen menargetkan harga Rp 7.500 per saham, mencerminkan price to earning ratio (PER) 10,1 kali. Target harga Robby adalah Rp 7.650 per saham, yang merefleksikan price to book value (PBV) 2,9 kali dengan PER 11,6 kali. Adapun Helmi menargetkan Rp 8.200 per saham, cermin PBV 3,4 kali.

Harga saham BBRI, Kamis (16/8) pekan lalu, ditutup menanjak 0,70% menjadi Rp 7.150 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sandy Baskoro