KONTAN.CO.ID - JAKARTA. BRICS, yang terdiri dari Brasil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan, kini tengah menjajaki opsi untuk membentuk mata uang cadangan baru. Mengutip
geo.tv, inisiatif ini berfokus pada pemanfaatan teknologi blockchain untuk menyimpan dan mentransfer token digital, yang akan didukung oleh sekumpulan mata uang dari masing-masing negara anggota. Dengan langkah ini, BRICS bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada dolar AS dalam transaksi internasional.
Motif Rusia dan Alternatif Pembayaran Internasional
Rusia, sebagai salah satu anggota BRICS, berupaya meyakinkan negara-negara anggota lainnya untuk membangun platform alternatif untuk pembayaran internasional. Langkah ini dianggap penting untuk menciptakan sistem yang tahan terhadap sanksi Barat.
Baca Juga: Rusia Melawan! Dorong Pembentukan Tatanan Dunia Baru saat Jadi Tuan Rumah KTT BRICS Menurut laporan dari Reuters, Rusia akan mengangkat isu ini dalam pertemuan puncak yang akan datang, yang diharapkan dapat menjadi titik awal bagi perumusan strategi baru.
Mempercepat Pertukaran Mata Uang
Dengan membangun sistem pembayaran alternatif, negara-negara BRICS dapat dengan mudah dan aman menukarkan mata uang mereka tanpa harus melalui transaksi dolar. Rusia menganggap hal ini sebagai solusi untuk mengatasi masalah yang semakin meningkat dalam penyelesaian pembayaran perdagangan, bahkan dengan negara-negara yang bersahabat seperti Tiongkok. Banyak bank lokal yang khawatir akan terkena sanksi sekunder dari Amerika Serikat, yang membuat mereka enggan melakukan transaksi.
Tantangan dan Feasibilitas Mata Uang BRICS
Namun, terdapat pendapat yang skeptis mengenai kelayakan mata uang BRICS. Menurut Nasdaq.com, beberapa ahli percaya bahwa unifikasi negara-negara dengan ekonomi yang sangat berbeda akan sulit diwujudkan. Ada pula kekhawatiran bahwa anggota non-Tiongkok mungkin akan semakin bergantung pada yuan Tiongkok, yang dapat mengurangi efektivitas mata uang cadangan yang baru.
Baca Juga: Presiden Rusia Vladimir Putin Bahas Kemungkinan Pembentukan Mata Uang Bersama BRICS Selain pembahasan tentang mata uang cadangan, BRICS juga telah mendiskusikan potensi peluncuran stablecoin yang didukung oleh yuan. Langkah ini akan semakin menyederhanakan transaksi lintas batas, sekaligus memberikan stabilitas yang diharapkan dari penggunaan stablecoin.
Strategi Mengurangi Ketergantungan pada Dolar AS
Inisiatif ini adalah bagian dari strategi BRICS yang lebih luas untuk mengurangi ketergantungan pada dolar AS dalam perdagangan internasional. Dengan memperkuat kerjasama ekonomi di antara pasar-pasar berkembang, BRICS berupaya menciptakan alternatif yang dapat memperkuat posisi mereka di panggung global. Presiden Rusia, Vladimir Putin, menyoroti bahwa integrasi mata uang digital akan menciptakan peluang ekonomi baru, tidak hanya untuk negara-negara BRICS, tetapi juga untuk negara-negara berkembang lainnya.
Menurut Putin, inisiatif ini akan berfungsi sebagai katalis untuk pertumbuhan global, menawarkan jalan baru bagi negara-negara yang ingin bertransaksi di luar pengaruh dolar.
Perkembangan dan Ekspansi BRICS
Pengaruh BRICS terus tumbuh, dengan ekspansi terbaru yang melibatkan negara-negara seperti Mesir, Iran, dan Uni Emirat Arab (UAE).
Baca Juga: Bukan Negara Barat, Putin Optimistis BRICS yang Bakal Dorong Ekonomi Global Selain itu, lebih dari 30 negara lainnya menunjukkan minat untuk menjalin hubungan yang lebih dekat dengan blok ini, yang semakin menegaskan posisi BRICS sebagai pemain kunci dalam membentuk masa depan keuangan global.
Editor: Handoyo .