KONTAN.CO.ID – JAKARTA. PT Bank Syariah Indonesia Tbk (
BRIS) terus melakukan inovasi. Hal ini guna mampu bersaing dengan perbankan konvensional. Beberapa upaya yang dilakukan dengan rencana mendapatkan lisensi EDC dan QRIS (merchant) sekitar akhir tahun ini, mengejar ketertinggalannya dari bank-bank konvensional. Selain itu tahun depan juga BRIS berupaya meluncurkan
superapps baru untuk
mobile banking. Senior Investment Information Mirae Aset Sekuritas Indonesia Nafan Aji Gusta menilai positif upaya tersebut. Terlebih melihat BRIS merupakan perbankan syariah terbesar di Indonesia.
Namun, ia menilai untuk menyaingi perbankan konvensional masih akan sulit. "Belum bisa untuk bersaing langsung dengan bank konvensional, karena BRIS lebih fokus pada
niche market yang berbasis syariah," kata Nafan kepada Kontan.co.id, Rabu (22/11).
Baca Juga: Walaupun Bukan Blue Chip, Harga Saham Bank-Bank Ini Cukup Murah & Prospek Investasi Meski begitu, Nafan tetap menilai positif prospek BRIS. Ini menilik pada kinerja keuangan BRIS yang konsisten tumbuh, baik secara kuartalan maupun tahunan. Analis Sinarmas Sekuritas Ivan Purnama Putera juga berpandangan positif terhadap prospek BRIS. Bahkan, dia menilai upaya memperoleh izin lisensi EDC dan QRIS, serta peluncuran
superapps di tahun depan akan memberikan dorongan lebih terhadap peningkatan
fee-based income dan pendanaan. Menurut Ivan, upaya BRIS berdasarkan rasio
fee based yang masih sangat rendah, hanya mencapai 15,54% di September 2023. "Kontribusi
e-channel terhadap
fee-based income juga masih cukup rendah dibandingkan dengan bank-bank 4 besar lainnya, yaitu sebesar 23,3%," papar dia. Menurut Ivan, ambisi BRIS terlihat menjanjikan. Selain upaya tersebut, kinerja hingga kuartal III 2023 juga positif yang didukung oleh pertumbuhan laba yang kuat dan berkelanjutan, serta pinjaman dengan imbal hasil yang tinggi.
Baca Juga: Valuasi Sejumlah Perbankan Beraset Jumbo Ini Masih Murah, Menarik Dikoleksi? Selain itu, BRIS juga mampu menjaga kinerjanya di tengah kenaikan suku bunga Bank Indonesia (BI) yang menjadi sentimen negatif untuk segmen pendanaan. BRIS berhasil memulihkan CASA dengan pertumbuhan 4,7% YoY dan 3,3% QoQ sejak penurunan yang nyata setelah insiden TI, tetapi masih lebih lambat dibandingkan dengan pertumbuhan TD sebesar 10,4% YoY dan 4,6% QoQ yang sedikit meningkatkan
cost of fund menjadi 2,05% di September 2023. "Di sisi lain,
repricing kredit bank cenderung mengikuti para pemimpin di industri, bank berencana untuk meningkatkan harga pada beberapa kredit, terutama pada
wholesale dengan
cost of credit yang sangat rendah yaitu 0,06%," paparnya.
Baca Juga: Pemilu Makin Dekat, Saham-Saham Ini Bisa Diperhatikan Sinarmas Sekuritas memproyeksikan laba bersih BRIS mencapai Rp 5,84 triliun. Angka ini tumbuh 32,18% dibandingkan realisasi 2022 sebesar Rp 4,26 triliun. Ivan merekomendasikan
buy saham BRIS dengan target harga Rp 2.080 per saham. Sementara Nafan merekomendasikan
hold saham BRIS dengan target harga Rp 1.740 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati