BRISyariah targetkan pertumbuhan pembiayaan 20%



JAKARTA. BRISyariah optimistis target proyeksi pertumbuhan pembiayaan tahun 2015 ini dapat mencapai 20%. Angka ini lebih tinggi dari target industri yang untuk sementara ini menargetkan pertumbuhan di level 15%-17%.

Direktur Utama BRISyariah, Moch. Hadi Santoso mengungkapkan, pihaknya mengandalkan sektor ritel, khususnya segmen mikro, dan juga pembiayaan sektor komersial dan segmen konsumsi, untuk pertumbuhan pembiayaan sepanjang tahun 2015 ini. Menurut Hadi, pelonggaran aturan batas minimum uang muka alias finance to value (FTV) bagi bank syariah atau loan to value (LTV) bagi bank konvensional, diharapkan dapat menjadi salah satu pendorong pertumbuhan pembiayaan di segmen konsumsi.

Hadi bilang, pembiayaan sektor komersial menyumbang porsi 30% terhadap keseluruhan pembiayaan yang disalurkan BRISyariah. Untuk pembiayaan segmen konsumsi, komposisinya mencapai 27% dan pembiayaan mikro menyumbang 22% terhadap total pembiayaan BRISyariah.


Pelonggaran aturan FTV ini, menurut Hadi tidak akan mendorong peningkatan rasio pembiayaan bermasalah atawa non performing financing (NPF) di BRISyariah. Sebab, kata Hadi, BRISyariah tetap memiliki seleksi ketat atas permohonan pembiayaan bagi debitur baru.

"Kami harus hati-hati karena pada dasarnya dalam penyaluran pembiayaan, harus prudent. Karena kami tetap menghindari kenaikan NPF," kata Hadi di Jakarta, akhir pekan lalu.

Sampai dengan akhir tahun 2015, BRISyariah menargetkan proyeksi NPF di bawah 5%. Salah satu strategi menyiasati peningkatan NPF di tengah kondisi perlambatan pertumbuhan ekonomi nasional yang terjadi saat ini, adalah mengambil langkah kooperatif dengan nasabah.

"Kami sangat kooperatif apabila nasabah debitur kami ada perubahan besaran angsuran pembiayaan. Kalau dimungkinkan, bisa dilakukan. Ini untuk menghindari peningkatan NPF," ucapnya.

Selain itu, BRISyariah menghindari penyaluran pembiayaan di sektor-sekror yang dirasa memiliki pertumbuhan yang tidak maksimal, seperti perkapalan untuk pertambangan. Menurut Hadi, BRISyariah memilih memberikan pembiayaan di sektor kelautan secara lebih selektif.

"Kami memberikan pembiayaan di sektor kelautan dengan lebih selektif, misalnya menghindari perkapalan yang ditujukan untuk industri pertambangan," jelas Hadi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie