KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja buruk PT Bumi Resources Minerals Tbk sepanjang tahun lalu membuat perusahaan ini tak dapat mendanai proyek pertambangannya. Karena itu, perusahaan dengan kode emiten BRMS ini tengah mencari opsi lain guna mendanai proyek pertambangan Citra Palu Mineral di Sulawesi. Tambang emas tersebut diprediksi membutuhkan dana sekitar US$ 120 juta-US$ 150 juta. Director of Investor Relations BRMS Herwin Hidayat menjelaskan, anggaran tersebut akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan konstruksi proyek hingga tahap produksi. "Diharapkan, produksi bisa dilakukan tiga tahun setelah pendanaan kami terima," kata dia, Senin (14/5).
Namun, BRMS masih enggan menyebutkan cara mendapatkan dana segar tersebut. Direktur Keuangan BRMS Fuad Helmy menambahkan, sampai saat ini belum ada
pipeline pendanaan, sehingga perusahaan masih membuka diri untuk semua opsi. Fuad mencontohkan, untuk sektor pertambangan, pendanaan bisa dengan melakukan
joint venture. Ini merupakan alternatif pendanaan yang efisien dan efektif. Fuad menegaskan, intinya, saat melakukan kerjasama pendanaan, BRMS ingin semuanya sejalan. "Semua opsi sedang kami jajaki, semua masih dalam proses, saat mereka sudah
firm, baru kami publikasikan," ujar dia. Sementara itu, rencana penjualan saham Dairi Prima kepada China NFC bukan semata-mata untuk mendanai proyek tambang emas di Palu. Memang rencananya, BRMS melepas 51% saham itu untuk menyokong stabilisasi kinerja seluruh aset BRMS. Fuad menegaskan BRMS ingin memastikan semua aset berjalan, termasuk proyek partnership bersama China. "Dia menguasai kontrol, punya kapasitas, kapabilitas, kami jajaki. Itu yang paling baik saat ini," ungkap Fuad. Asal tahu saja, jika rencana pelepasan mayoritas saham Dairi tersebut terlaksana, BRMS berpotensi mengantongi dana segar mencapai US$ 198,9 juta. Nantinya, dana tersebut akan digunakan untuk melunasi utang perusahaan tambang ini kepada Credit Suisse dengan nilai sekitar US$ 90 juta. Sisanya, sekitar US$ 100 juta, bisa dimanfaatkan untuk mendorong proyek Citra Palu. Prospek jangka panjang Analis Indovest Semesta Sekuritas Aditya Perdana Putra menilai, langkah divestasi BRMS lewat Dairi Prima Minerals memiliki prospek positif. Terlebih, dana US$198 juta yang bakal diterima BRMS juga dialokasikan untuk pendanaan proyek tambang di Palu.
"Dana akan fokus digunakan untuk pengembangan di tembaga dan emas. Kini, harga emas sedang naik 7%, sementara tembaga melesat 22%," ujar dia. Hal ini membuat prospek BRMS lebih cerah. Tapi bagi investor yang ingin masuk, lebih baik mengambil posisi
wait and see terlebih dulu, karena harga BRMS potensi menciptakan support baru. "Investor masih harus mencermati rugi perusahaan di kuartal II-2018, apakah mengecil atau tidak. Secara teknikal, saham ini masih
downtrend," jelas Aditya. Menurut dia, saat harga BRMS menguat dan mencapai level Rp 72, investor perlu mencermati apakah harga akan bergerak menguat. "Kalau ada di bawah itu, masih tren
bearish," tandas dia. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Dupla Kartini