BRMS mulai produksi emas dari Palu pada kuartal IV tahun ini



KONTAN.CO.ID -JAKARTA. PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) berencana untuk meningkatkan kinerja di 2019 ini. Salah satunya dengan mulai mengoperasikan tambang emas yang berada di Palu, Sulawesi Tengah pada kuartal IV tahun ini.

Direktur sekaligus investor relation BRMS Herwin W. Hidayat mengatakan bahwa pihaknya menargetkan untuk mulai mengoperasikan tambang tersebut pada kuartal IV 2019 ini. "Di kuartal IV 2019, kami targetkan mulai produksi emas dari Palu sebesar 100.000 oz per tahun," ujarnya kepada kontan.co.id, Selasa (26/3).

Herwin melanjutkan, jumlah tersebut kemudian akan meningkat 80% menjadi 180.000 ton per tahun di 2020 nanti dengan umur tambang selama 7 tahun. "Sedangkan di tahun 2021 rencananya BRMS akan mulai produksi bijih seng dan timah hitam dari Dairi Sumatera Utara sebesar 250.000 ton dan akan meningkat 50% menjadi 500.000 ton di 2022," paparnya.


Sebelumnya dalam rilis hari ini, BRMS melaporkan peningkatan rasio keuangan dalam tahun 2018. Bunga & Biaya Keuangan BRMS turun dari US$ 9,59 juta di 2017 menjadi US$ 44.798. Lalu Kas dan Setara Kas meningkat dari US$ 5,25 juta di 2017 menuju US$ 8,20 juta di akhir 2018. Sementara setoran Terbatas di 2018 sebesar US$ 32,62 juta.

Kemudian untuk pinjaman untuk pihak ketiga, terutama pinjaman jangka panjang menurun dari US$ 99,77 juta menuju US$ 144.929. Sementara untuk pinjaman jangka pendek di 2018 masih sama dengan 2017 yang sebesar US$ 53,99 juta. Lalu untuk utang lainnya kepada pihak ketiga turun dari US$ 58,28 juta menjadi US$ 32,31 juta.

Ekuitas tercatat sebesar 518,95 juta di 2018 atau naik dari US$ 564,31 juta di 2017. Rasio hutang ke ekuitas di 2018 sebesar 0,17 atau turun dari 0,38 di 2017. Hutang Bersih terhadap Ekuitas BRMS di 2018 juga turun menjadi 0,09 dari 0,37 di 2017.

Herwin mengatakan bahwa pihaknya telah menunjukkan beberapa perbaikan keuangan pada tahun 2018, yang meliputi keberhasilan BRMS atas divestasi saham sebesar 51% di PT Dairi Prima Mineral (DPM) untuk proyek seng serta timah ke NFC China (NFC) seharga US$ 198 juta. "Pelunasan pinjaman pihak ketiga atas divestasi 51% saham DPM ke NFC berkurang 60% dari 2017 hingga 2018," ujarnya dalan siaran pers, Selasa ini.

Herwin pun menanmbahkan bahwa BRMS juga mencatatkan penurunan biaya Bunga dan Keuangan sebesar 99% dari 2017 hingga 2018. "Peningkatan saldo kas dan deposit akan dipakai untuk memulai pembangunan proyek emas PT Citra Palu Minerals (CPM) dan proyek seng PT Dairi Prima Mineral (DPM)," lanjutnya.

Suseno Kramadibrata, Chief Operating Officer (CEO) BRMS ikut menjelaskan bahwa selain peningkatan rasio keuangan, pihaknyak juga mengalami kemajuan secara operasional. "Baik DPM dan CPM mendapatkan masing-masing 30 tahun Izin Produksi, ditambah 3 tahun Izin Konstruksi untuk CPM dari Pemerintah pada akhir 2017," paparnya.

Ia juga mengungkapkan bahwa proyek tembaga dan emas milik BRMS di Gorontalo, Sulawesi yang dikelola oleh anak usaha PT Gorontalo Minerals (GM) juga baru saja menerima Ijin Produksi 30 tahun, ditambah Ijin Konstruksi 3 tahun bulan lalu.

Lebih lanjut Suseno menambahkan bahwa hal ini berarti CPM harus siap untuk memproduksi emas pada awal tahun depan. Sementara DPM dan GM dijadwalkan untuk memproduksi seng dan tembaga masing-masing pada tahun 2021 dan 2022. "Meskipun ada jadwal seperti itu, tim kami bekerja keras untuk mempercepat periode konstruksi. Ini dapat menyebabkan CPM dan GM memulai produksi pertama mereka masing-masing lebih awal pada Semester II 2019 dan Semester II 2020," terang dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Azis Husaini