KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penjualan sebagian saham PT Dairi Prima Mineral milik PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) bakal memasuki tahap finalisasi. China Nonferrous Metal Industry's Foreign Engineering & Construction Co Ltd (NFC) sudah sepakat akan membeli 51% saham Dairi. Kesepakatan itu muncul setelah jajaran direksi kedua perusahaan mengadakan pertemuan akhir pekan lalu, Jumat (13/4). BRMS bakal memperoleh dana segar sekitar US$ 198,9 juta melalui divestasi anak usaha yang bergerak di segmen pertambangan timah dan seng tersebut. BRMS sudah menentukan pembagian alokasi dana hasil divestasi tersebut. "Pertama untuk melunasi sisa pinjaman US$ 90 juta kepada Credit Suisse," ujar Herwin Hidayat,
Director of Investor Relations, kepada Kontan.co.id, Selasa (17/4).
BRMS memperoleh pinjaman tersebut sejak 2012 lalu untuk mendanai ekspansi Dairi. Dairi juga menjadi jaminan atas pinjaman tersebut. Oleh sebab itu, BRMS akan lebih dulu melunasi kewajiban dari pinjaman ini, supaya Dairi lepas dari status sebagai jaminan pinjaman. "Sebelum transfer kepemilikan, sahamnya harus bebas dulu dari jaminan," imbuh Herwin. Dana hasil divestasi juga akan digunakan untuk membayar akuisisi 22% saham yang sebelumnya dimiliki oleh PT Aneka Tambang Tbk (ANTM). Nilai akuisisi keseluruhannya sebesar US$ 57 juta. Namun, BRMS tidak membayarnya sekaligus, melainkan sejumlah US$ 22 juta terlebih dahulu. Sisa US$ 35 juta akan dibayarkan kepada ANTM secara bertahap setelah Dairi beroperasi pada akhir 2019. Sebagaimana diketahui, jelang akhir Desember 2017, ANTM meneken
conditional sale & purchase agreement (
CSPA) atas pengalihan 20% saham Dairi kepada BRMS. Nilai transaksinya sekitar US$ 57,24 juta. Segera setelah transaksi selesai, BRMS bakal menguasai 100% saham Dairi. Jadi, Herwin memastikan, nantinya BRMS masih akan tetap memiliki 49% kepemilikan atas Dairi. Dana ekspansi Usai melunasi dua kewajiban tersebut, dana hasil divestasi Dairi tersisa sekitar US$ 86 juta. Sisa dana ini yang bakal digunakan untuk mendanai ekspansi aset produktif BRMS. Selain Dairi, BRMS juga akan berekspansi melalui Gorontalo Minerals. Anak usahanya itu ditargetkan bisa mulai memproduksi tembaga pada 2020. Untuk tahap awal pengembangan perusahaan bakal butuh investasi sekitar US$ 70 juta. BRMS juga akan menggenjot aset produktif yang lain, yakni Citra Palu Minerals yang akan memproduksi emas mulai kuartal III-2019. BRMS butuh dana sekitar US$ 58 juta hingga US$ 64 juta untuk pengembangan awal proyek tersebut. Semua ekspansi yang akan dilakukan tersebut nanti diawali dengan cairnya dana dari NFC, yang juga akan bertindak sebagai kontraktor di tambang Dairi. Namun, Herwin belum bisa memaparkan secara detail kapan
closing atas divestasi dilakukan. "Secepatnya," ujar Herwin. Bertoni Rio, analis Anugerah Sekuritas Indonesia, menilai, BRMS saat ini tengah berupaya mengurangi beban keuangan sekaligus mendongkrak kinerja dengan memaksimalkan aset yang ada. Di satu sisi, BRMS akan kehilangan sebagian aset yang menguntungkan. Pendapatan jasa konstruksinya juga berkurang. "Tapi sisa
cash yang didapat bisa dialokasikan ke
capex, untuk mendorong pendapatan," kata Bertoni. Analis Binaartha Parama Sekuritas M. Nafan Aji menambahkan, sekarang tinggal berharap transaksi antara BRMS dan NFC bisa berjalan lancar. Jika semua bisa berjalan tanpa hambatan, hal ini akan menjadi sentimen positif untuk BRMS. Sentimen perolehan dana segar BRMS juga tercermin dari pergerakan harga sahamnya. Secara teknikal, lanjut Nafan, saham BRMS masih dalam fase
uptrend, selama masih bertahan di atas garis
bullish trend line.
Selain itu, terlihat pola
morning star candlestick pattern pada pergerakan BRMS. Hal ini mengindikasikan adanya potensi stimulus beli pada pergerakan harga saham BRMS. "
Maintain buy dengan target harga Rp 108," kata Nafan. Sekadar catatan, rekomendasi ini dibuat untuk
trading, dengan rentang waktu selama satu minggu. Bertoni juga masih menilai
bullish terhadap saham BRMS. Dia merekomendasikan
buy saham BRMS dengan target harga Rp 97 per saham. Menyambut perkembangan divestasi Dairi, saham BRMS kemarin menghijau. Sahamnya ditutup ditutup naik empat poin atau setara sekitar 5% ke level Rp 84 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati