BRPT dan BBNI tak jadi penghuni top 10 market caps, kenapa?



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bersamaan dengan penurunan IHSG 29,25% secara year to date (ytd), kapitalisasi pasar IHSG turut turun dari Rp 7.625 triliun di akhir 2019 menjadi Rp 5.157 triliun. Dari 10 saham dengan nilai kapitalisasi terbesar, terlihat saham dengan kapitalisasi pasar terbesar yang penurunannya paling dalam adalah PT Barito Pacific Tbk (BRPT) turun 62,25% dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) turun 41,96%.

Keduanya tidak lagi jadi penghuni 10 besar kapitalisasi pasar terbesar, dan digantikan oleh PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) di peringkat 8 dan PT Sinar Mas Multiartha Tbk (SMMA) di peringkat 10. Masing-masing nilai kapitalisasinya turun 12,32% dan 11,29%.

Bila dilihat, sejatinya harga saham SMMA terus bertengger di level Rp 13.500 sejak awal Maret 2020. Dus kapitalisasi pasar saham ini juga tak mengalami pergerakan di periode yang sama.


Baca Juga: Tembus Rp 15.000 per dolar AS, kemana lagi arah rupiah?

Analis Oso Sekuritas Sukarno Alatas menjelaskan penurunan kapitalisasi pasar BRPT yang cukup tajam tergolong wajar karena secara valuasi sahamnya sudah tergolong mahal. Pada perdagangan hari ini BRPT ditutup di level Rp 570 dengan price to earning ratio (PER) 190 kali. “Ditambah lagi kondisi saat ini meningkatkan tekanan jual,” jelas Sukarno kepada Kontan.co.id, Selasa (17/3).

Sementara itu penurunan saham BBNI dikatakan sejalan dengan mayoritas penurunan saham perbankan lainnya. “Terkait positif atau tidak (corona), inline dengan pergerakan lainnya,” jelas dia.

Lebih lanjut, Sukarno mengatakan saat ini sektor konsumer terutama di sektor bahan pokok seperti ICBP termasuk saham yang defensif di tengah tekanan pasar global saat ini. Sedangkan perbankan masuk dalam kategori semi defensif. Artinya, dalam kondisi tekanan pasar saat ini, meski turun, saham-saham tersebut penurunannya tidak terlalu dalam.

Baca Juga: IHSG turun 29,25%, BBNI dan BRPT lengser dari top 10 market caps

Dia juga menambahkan penurunan kapitalisasi pasar ini tidak bisa dibilang sesuai dengan fundamental perusahaan-perusahaan tersebut. Penurunan lebih disebabkan panic selling sehingga menyebabkan tekanan jual meningkat.

“Investor khawatir dampak yang ditimbulkan keadaan saat ini bisa memengaruhi keadaan fundamental nantinya. Jadi pasar langsung merespons dengan menjual semua saham mereka,” jelas dia.

Baca Juga: Bahana TCW: Investor bisa ambil posisi untuk menikmati keuntungan jangka panjang

Sukarno mengingatkan IHSG saat ini masih bisa mengalami penurunan lebih dalam lagi. Meski tak bisa menentukan posisi bottom, dia mengatakan level support selanjutnya di kisaran 4.033-4.177. Jika nantinya level itu menjadi support yang kuat dan IHSG tidak mampu tembus, maka level tersebut bisa menjadi level bottom.

“Sebaliknya jika berhasil breakdown level tersebut bisa turun lebih dalam lagi. Skenario terburuk jika belum ada tanda-tanda perbaikan segera akibat corona, IHSG bisa lanjut kisaran 3.217-3.256,” jelas Sukarno.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati