BRPT stock split dengan ratio 1:2, ini kata analis



JAKARTA. Perusahaan sektor industri dasar dan kimia, PT Barito Pacific Tbk (BRPT) akan melakukan aksi pecah saham atau stock split. Setelah mendapat restu hasil RUPSLB pada 8 Juni 2017 lalu, BRPT merealisasikan aksi itu.

Rencananya, emiten ini sepakat menentukan rasio stock split 1:2. Dengan kata lain, bila saham BRPT memiliki nilai Rp 1.000 per saham maka akan berubah menjadi Rp 500 per saham.

Pihak manajemen menyatakan, aksi ini ditujukan untuk meningkat likuiditas saham. Aksi ini juga bukan untuk memenuhi free float dari Bursa Efek Indonesia (BEI). "Kalau itu (free float), BRPT sudah memenuhi," terang Agus Salim Pangestu Direktur Utama BRPT kepada KONTAN, Jumat (7/7).


Sebagai catatan, BEI mematok aturan free float sebesar 7,5%. Yakni ketentuan minimal saham yang beredar di publik. BEI juga menindak tegas kepada emiten yang belum memenuhi aturan tersebut, dengan memberikan denda. Selain lewat stock split, free float juga bisa dilakukan dengan private placement dan rights issue.

Terkait dengan rencana stock split BRPT, emiten ini mematok akhir cum perdagangan saham nominal Rp 1.000 di seluruh pasar pada 11 Juni 2017. Sedangkan awal perdagangan saham dengan nominal Rp 500 di pasar reguler dan negosiasi yakni pada 12 Juni 2017.

Saham dengan nilai nominal baru Rp 500 per saham hasil pemecahan nilai nominal saham, akan didepositokan di Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI). Nantinya akan didistribusikan kepada pemegang rekening efek di KSEI serta penyerahan saham stock split untuk saham dalam bentuk warkat pada 17 Juli 2017. Sementara, awal perdagangan saham di pasar tunai dengan nilai nominal baru Rp 500 per saham yakni pada 17 Juli 2017.

Saham lebih likuid

Achmad Yaki analis BCA Sekuritas menyatakan aksi stock split BRPT membuat saham lebih likuid. Hal itu lantaran dia melihat average daily volume sejak akhir tahun lalu atau year to date (YTD), sudah menurun 21,9%.

Di mana saat harga saham BRPT berada pada kisaran Rp 1500-an, average volume berada diatas 20 juta lembar saham per hari. "Saat ini hanya sekitar 19 juta lembar saham per hari," ujar Achmad kepada KONTAN, Jumat (7/7).

Muhammad Nafan Aji analis Binaartha Parama Sekuritas menyatakan sudah sewajarnya emiten yang memiliki kinerja fundamental yang bagus seperti BRPT melakukan langkah stock split. Selain membuat volume transaksi saham menjadi lebih likuid, aksi ini juga bisa menggaet investor lebih banyak. Terutama investor ritel agar mau masuk pada saham BRPT.

Faktor fundamental yang baik itu ditandai dengan kinerja laporan keuangan BRPT yang mengalami peningkatan setiap tahun. Baik dari sisi pendapatan maupun laba bersih perusahaan. Hal tersebut, akan menarik perhatian investor. "Secara valuasi sahamnya juga masih tergolong murah, yakni 8x, membuat saham BRPT layak untuk diperhatikan," terang Nafan kepada KONTAN, Jumat (7/7).

Dia mencermati, kebijakan BRPT dalam akuisis Star Energi akan membuat kinerja BRPT semakin positif. Menurutnya, industi energi di Indonesia sangat prospektif dan masih terus bertumbuh. Ketertarikan BRPT untuk terjun dalam industri energi merupakan langkah diversifikasi bisnis emiten. Sebab, sebelumnya BRPT fokus terhadap industri petrokimia. "Diversifikasi tersebut, pastinya mampu berkontribusi terhadap pendapatan BRPT kedepannya," tambahnya.

Dia memprediksi, pada akhir 2017, total pendapatan BRPT diproyeksikan meningkat 30% menjadi Rp 34,2 triliun. Sementara dari sisi bottom line, kenaikan laba bersih BRPT diprediksi sebesar 52% menjadi Rp 2,6 triliun. Dia merekomendasikan overweight dengan target harga Rp 4.000. "Kalau stock split 1:2 berlaku, maka target harganya menjadi Rp 2.000," ujarnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia