BSI: Akuisisi Akan Lebih Mudah Bila UUS BTN Spin Off Terlebih Dahulu



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) menyebut rencana untuk mengakuisisi bisnis syariah milik PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk bukan lagi isu atau rahasia. Direktur Utama BSI Hery Gunardi menyatakan memang telah ditugaskan untuk melihat kemungkinan unit usaha syariah (UUS) BTN bisa digabungkan dengan BSI> 

“Sebetulnya ini adalah rencana lama, artinya dulu pemerintah memutuskan untuk mau menggabungkan seluruh bank syariah milik himbara. Baik bank umum syariah (BUS) maupun UUS,” ujar Hery pada Rabu Malam (1/2).

Namun, pada saat Hery diamanahkan untuk menjadi Project Management Office (PMO) integrasi syariah bank pelat merah ini, Hery menilai akan ruwet bila dilakukan sekaligus. Ia menilai bila UUS BTN ikut dimerger dengan BNI Syariah, BRI Syariah, dan Bank Mandiri Syariah akan cukup ruwet.


“Jadi kita gabungkan dulu BUS-nya dan sekarang sudah berjalan dan bagus. Kami melihat untuk menggabungkan UUS itu tidak segampang menggabungkan BUS. Karena UUS ini masih tergabung dengan induknya,” papar Hery. 

Baca Juga: Incar Pertumbuhan Dua Kali Lipat, Bank Muamalat Geber Pembiayaan Perumahan

Ia menyebut akan lebih mudah dan memungkinkan, bila UUS BTN ini melakukan spin off atau menyapih dahulu dari induk perusahaan. Kemudian BUS yang baru itu semakin berbenah diri terlebih dahulu. 

“Jadi spin off dulu dan rapi-rapi, baru kita lihat lagi kemungkinannya bakal seperti apa. Tapi itu belum diputuskan oleh pemegang saham (Pemerintah). Bagaimana skema (akuisisinya) kita lihat dulu bagaimana perkembangannya lebih lanjut,” jelasnya. 

Adapun Direktur Keuangan dan Strategi BSI Ade Cahyo Nugroho menyatakan menargetkan pembiayaan tumbuh 15% secara tahunan pada tahun ini.  Ia menyatakan setelah merger,  pertumbuhan pembiayaan BSI masih sekitar 9%. 

“Lalu pada tahun ini hampir 22% karena mesin pertumbuhan makin sudah semakin kuat. Pada 2023 ini masih akan ditopang oleh segmen perorangan baik secara produktif maupun konsumtif karena sektor ini belum melambat,” ujarnya.  

Target pembiayaan ini tidak setinggi pencapaian tahun ini yang naik di level 20%an karena memperhatikan dana pihak ketiga (DPK). Cahyo menyatakan tahun ini pendanaan akan semakin ketat seiring kenaikan suku bunga acuan.   

“BSI masih akan hati-hati memilih nasabah funding agar biaya dana atau cost of fund (COF) nya tetap terjaga. Sehingga pertumbuhan DPK pada 2023 akan berada di bawah pembiayaan kisaran 10% hingga 12%,” tambahnya.   

Baca Juga: Bank Besar Diproyeksi Bukukan Kinerja Ciamik pada 2023, Cermati Rekomendasi Analis

Asal tahu saja, pembiayaan BSI  tumbuh 21,26% YoY menjadi Rp 207,70 triliun. Ini membuat aset BSI yang saat ini mencapai Rp 305,73 triliun pada 2022. Nilai itu tumbuh 15,24% dari posisi 2021 sebesar Rp 265,28 triliun.   

Porsi pembiayaan yang didominasi oleh pembiayaan konsumer sebesar Rp 106,40 triliun, tumbuh 25,94% secara YoY. Selain itu, pembiayaan wholesale sebesar Rp 57,18 triliun atau tumbuh 15,80% dan pembiayaan mikro yang mencapai Rp 18,74 triliun, tumbuh 32,71%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi