BSM akan kucurkan KUR untuk hortikultura



JAKARTA. PT Bank Syariah Mandiri (BSM) akan meluaskan ekspansi Kredit Usaha Rakyat (KUR) miliknya sesuai anjuran pemerintah untuk masuk ke sektor pertanian. Tahun ini, bank syariah terbesar tersebut berencana masuk ke kredit pangan.

Pada kuartal I 2013, BSM menyalurkan KUR hingga Rp 309 miliar. BSM memasang target KUR di tahun ini sebesar Rp 1,5 triliun. Karenanya, BSM mulai melirik ke sektor yang belum dimasukinya.

"Kita belum ke holtikultura. Saya ingin ke sana yang risikonya lebih besar," ucap Direktur Mikro BSM Hanawijaya, Kamis, (25/4).


Saat ini, BSM sudah memiliki kredit pertanian dengan porsi 77% terhadap portfolio KUR. Hanya saja, pertanian yang dimaksud tersebut bukanlah holtikultura, melainkan pertanian secara luas seperti perkebunan dan peternakan. "Kita memang belum punya keberanian masuk pangan," akunya.

Maklum, kredit pada pangan dianggap berisiko tinggi. Meski begitu, BSM telah memiliki konsep untuk meminimalisir risiko penyaluran KUR tersebut. Konsep tersebut dikenal dengan nama close financial system atau sistem keuangan tertutup.

Hana menjelaskan bahwa sistem ini mengandalkan tiga kaki dalam penyaluran kredit yakni bank, kelompok tani, dan perusahaan pembeli produk pertanian. Petani akan masuk melalui kelompok tani. Kemudian, akan ada perusahaan pembeli pertanian yang menjadi technical assistant. "Pertanian gampang rusak. Maka harus ada perusahaan yang menjadi pembeli siaga, yang bisa kita desain atur panennya," sebut Hana.

BSM sudah menjalankan konsep ini pada kredit di perkebunan dan peternakan. Sedangkan untuk kredit pangan, BSM masih melakukan proses pendekatan dengan perusahaan pembeli produk tani tersebut.

"Tidak  gampang mencari yang mau melibatkan dirinya masuk ke bawah. Baru satu dua orang yang sudah diajak bicara," kata Hana.

Tapi apabila nanti sudah menemukan perusahaan pembeli yang mau diajak kerja sama, BSM berharap penyaluran kredit pangan dapat terealisasi di tahun ini.

Sejauh ini, BSM sudah menggandeng Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo), Institut Pertanian Bogor (IPB), dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) untuk menjalankan kredit pangan. 

Keuntungan bagi perusahaan

Hana menjelaskan, perusahaan pertanian akan mendapat tiga keuntungan jika mau bekerja sama memakai konsep tersebut. Pertama, mereka akan beroleh kontinuitas produk dengan kualitas yang diinginkan. Karena di situ, perusahaan pembeli terlibat sebagai technical assistant.

Kedua, struktur keuangan akan lebih sehat karena debt equity yang rendah. Petani sudah menjadi menjadi debitur BSM. Dus, perusahaan tidak perlu memikirkan modal kerja, karena sudah disiapkan sendiri oleh petani plasma tersebut.

Lalu ketiga, mereka tidak memusingkan Upah Minimum Provinsi (UMP) karena memakai sistem kerja sama dengan pihak petani.

Dengan konsep seperti itu pun, Hana mengklaim tidak akan menyebabkan rasio kredit macet atau Non Performing Financing (NPF). Terlebih petani akan menjalankannya secara komunal dalam kelompok tani.

NPF KUR memang terhitung tinggi. Pada kuartal pertama tahun ini, NPF BSM mencapai 6,15%. "Tapi ini karena belum dilunasi. Kalau sudah lunas bisa sekitar 3%," imbuh Hana.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: