JAKARTA. Dua dari lima emiten operator telekomunikasi Di Bursa Efek Indonesia menderita kerugian di akhir kuartal III 2012. Kedua emiten itu adalah PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) dan PT Smartfren Telecom Tbk (FREN). Kongsi BTEL dengan Sampoerna Telekomunikasi Indonesia (STI) belum berdampak ke kinerja emiten Grup Bakrie ini. Selama Januari hingga September 2012, BTEL menderita kerugian bersih senilai Rp 988,31 miliar. Jumlah itu hampir dua kali lipat daripada kerugian per akhir September 2011, yaitu Rp 498,48 miliar. BTEL tak mampu mendongkrak pendapatan dari sejumlah lini usaha, misalnya dari sektor telekomunikasi dan interkoneksi. Hal itu tercermin dari menyusutnya pendapatan bersih BTEL sebesar 10,15% year-on-year (YoY) menjadi Rp 1,77 triliun.
Hasil dari kerjasama BTEL dan STI memang belum terlihat di kuartal III 2012. "Kami mengharapkan dampaknya bisa terlihat di kuartal IV (2012) ini," ujar Direktur Utama BTEL, Anindya Novyan Bakrie, beberapa waktu lalu. BTEL mengundang masuk STI lewat penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) pada medio 2012. Kinerja buruk juga dialami FREN. Per September 2012, anak usaha Grup Sinarmas ini menderita kerugian tahun berjalan senilai Rp 1,01 triliun. Jumlah ini sejatinya menyusut 35,26% dibandingkan kerigian di periode sama tahun lalu mencapai Rp 1,56 triliun. Pendapatan FREN pun meningkat 60% (YoY) menjadi Rp 1,1 triliun di akhir September 2012. Tapi beban usaha emiten ini cukup tinggi melampaui pendapatannya, yakni Rp 2,29 triliun.