JAKARTA. PT Bank Tabungan Negara (BTN) akan melepas sisa kepemilikannya atas surat utang warisan 1998 atau obligasi rekapitalisasi sekitar Rp 6 triliun. Direktur Keuangan BTN Saut Pardede bilang, pada prinsipnya, BTN ingin melepas obligasi rekapitalisasi lantaran tidak berpengaruh pada pendapatan perseroan. Menurut Saut, BTN akan melepas obligasi rekapitalisasi dan menggantinya dengan portofolio Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Sebab, kata Saut, dengan menukar obligasi rekapitalisasi dengan portofolio KPR, akan mampu memberikan keuntungan atau yield kepada BTN sebesar 11%. "Yield obligasi rekap mengacu pada SPN (surat perbendaharaan negara) 3 bulan, berubah-ubah. Sekarang kisarannya 5,4%-5,5%. Idealnya itu dijual diganti KPR karena bisa memberikan bank 11%. Kalau tidak dijual hanya memberikan bank 5,4%," ujar Saut di Jakarta. Meski begitu, lanjut Saut, rencana melepas obligasi rekapitalisasi ini harus dilakukan pada waktu yang tepat. Karena itu, BTN saat ini tengah menyusun strategi untuk melepas sisa obligasi rekapitalisasi sebesar Rp 6 triliun, dari kepemilikan awal obligasi rekapitalisasi sebesar Rp 13,8 triliun. Menurutnya, BTN akan melepas sisa obligasi rekapitalisasi yang dimilikinya pada harga terbaik. Karena itu, pihaknya akan memperhatikan kebutuhan pendanaan terlebih dahulu serta waktu penjualan, sehingga mendapatkan harga yang optimal. "Kami harus menghitung terlebih dahulu kebutuhan kami, jadi tidak asal melepas. Kami juga memperhatikan waktu untuk melepasnya, menunggu harga optimal, dan tunggu likuiditasnya naik. Karena kalau dijual dan diskonnya terlalu banyak, bank juga akan rugi. Momentumnya harus pas," ungkap Saut. Karena itu, Saut enggan merinci kapan bank penyalur kredit perumahan terbesar ini akan melepas sisa kepemilikan obligasi rekapitalisasinya itu. Saut menambahkan, dengan aset BTN sebesar Rp 120 triliun, sisa obligasi rekapitalisasi yang hanya sebesar kurang dari Rp 6 triliun, tidak memiliki pengaruh besar.
BTN akan lepas sisa obligasi rekap Rp 6 triliun
JAKARTA. PT Bank Tabungan Negara (BTN) akan melepas sisa kepemilikannya atas surat utang warisan 1998 atau obligasi rekapitalisasi sekitar Rp 6 triliun. Direktur Keuangan BTN Saut Pardede bilang, pada prinsipnya, BTN ingin melepas obligasi rekapitalisasi lantaran tidak berpengaruh pada pendapatan perseroan. Menurut Saut, BTN akan melepas obligasi rekapitalisasi dan menggantinya dengan portofolio Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Sebab, kata Saut, dengan menukar obligasi rekapitalisasi dengan portofolio KPR, akan mampu memberikan keuntungan atau yield kepada BTN sebesar 11%. "Yield obligasi rekap mengacu pada SPN (surat perbendaharaan negara) 3 bulan, berubah-ubah. Sekarang kisarannya 5,4%-5,5%. Idealnya itu dijual diganti KPR karena bisa memberikan bank 11%. Kalau tidak dijual hanya memberikan bank 5,4%," ujar Saut di Jakarta. Meski begitu, lanjut Saut, rencana melepas obligasi rekapitalisasi ini harus dilakukan pada waktu yang tepat. Karena itu, BTN saat ini tengah menyusun strategi untuk melepas sisa obligasi rekapitalisasi sebesar Rp 6 triliun, dari kepemilikan awal obligasi rekapitalisasi sebesar Rp 13,8 triliun. Menurutnya, BTN akan melepas sisa obligasi rekapitalisasi yang dimilikinya pada harga terbaik. Karena itu, pihaknya akan memperhatikan kebutuhan pendanaan terlebih dahulu serta waktu penjualan, sehingga mendapatkan harga yang optimal. "Kami harus menghitung terlebih dahulu kebutuhan kami, jadi tidak asal melepas. Kami juga memperhatikan waktu untuk melepasnya, menunggu harga optimal, dan tunggu likuiditasnya naik. Karena kalau dijual dan diskonnya terlalu banyak, bank juga akan rugi. Momentumnya harus pas," ungkap Saut. Karena itu, Saut enggan merinci kapan bank penyalur kredit perumahan terbesar ini akan melepas sisa kepemilikan obligasi rekapitalisasinya itu. Saut menambahkan, dengan aset BTN sebesar Rp 120 triliun, sisa obligasi rekapitalisasi yang hanya sebesar kurang dari Rp 6 triliun, tidak memiliki pengaruh besar.