KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) mengatakan punya rencana ekspansi organik pada tahun ini. Salah satunya dengan memperluas cakupan bisnis dengan membentuk atau membangun tiga perusahaan baru. Direktur Enterprise Risk Management, Big Data & Analytics Bank BTN Setiyo Wibowo menjelaskan, ketiga rencana pembentukan anak usaha tersebut antara lain membangun perusahaan teknologi finansial (tekfin) KPR, mendirikan asuransi jiwa dan juga membentuk manajer investasi. Perseroan menjelaskan, untuk memuluskan rencana tersebut pihaknya sudah mengalokasikan anggaran sebesar Rp 700 miliar hingga maksimal Rp 1 triliun.
Beberapa pertimbangan BTN membentuk anak usaha itu antara lain untuk mempertajam dan memberikan layanan lebih kepada nasabah khususnya debitur KPR. Sebabnya, selama ini Bank BTN memang sudah sangat agresif menyalurkan kredit perumahan di-
bundling dengan asuransi jiwa. Untuk melakukan efisiensi sekaligus ekspansi, BTN berharap ke depan produk asuransi jiwa itu bisa berasal dari Grup BTN. Sedangkan untuk pendirian tekfin, bank bersandi bursa BBTN ini akan melakukan kerjasama dengan tekfin eksisting alias
joint venture. Baca Juga: Bank Tabungan Negara (BBTN) bidik pertumbuhan laba hingga 70% pada 2021 Untuk mewujudkan hal tersebut, Bank BTN berencana membentuk perusahaan modal ventura (venture capital) yang diharapkan bisa beroperasi pada tahun 2022. Perusahaan modal ventura ini kelak akan menjadi wadah pertumbuhan organik Bank BTN ke depan. "Kami harap fintech (tekfin) bisa beroperasi di 2022, tapi inisiatifnya sudah dimulai tahun ini," katanya dalam Paparan Kinerja Tahun 2020 Bank BTN secara virtual, Senin (15/2). Untuk perusahaan manajer investasi, nantinya akan difokuskan untuk mengelola dana perumahan. Tentu untuk mendapatkan margin yang lebih optimal ke depan. Termasuk mengelola aset perusahaan. Plt. Direktur Utama Bank BTN Nixon LP Napitupulu menjelaskan, perusahaan manjer investasi ini akan didorong untuk membangkitkan bisnis penjualan rumah
second. Antara lain untuk menampung kredit bermasalah yang nilainya cukup besar.
"BTN saat ini memiliki NPL rumah cukup besar dimana kami memerlukan satu
asset management company yang akan fokus jual beli rumah terutama rumah yang bermasalah sehingga NPL-nya bisa didorong keluar dan industri rumah
second menjadi tumbuh," katanya. Walau sudah punya sederet rencana, Wibowo menjelaskan pihaknya sampai saat ini masih melakukan kajian. Terutama mengenai skema kepemilikan atau pendiriaan anak usaha tersebut. "Apakah akuisisi atau bentuk baru, skema-skema itu masih dalam kajian. Kami akan melihat opsi mana yang paling efisien dan menguntungkan," imbuh Wibowo.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi