KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) akan melakukan penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue. Seiring pemerintah telah menyetujui pemberian Penambahan Modal Negara (PNM) Rp 2,48 triliun, perseroan menargetkan meraup dana segara Rp 4,13 triliun dari aksi korporasi tersebut. Dengan adanya tambahan modal tersebut, ekspansi kredit BTN diproyeksikan akan lebih besar dalam beberapa tahun mendatang. Hingga September 2022, perseroan mencatatkan kredit Rp 289,6 triliun atau tumbuh 7,18% secara tahunan. Dalam rights issue itu, bank spesialis kredit di sektor properti ini akan menerbitkan saham baru sebanyak-banyaknya 4,6 miliar saham Seri B dengan nilai nominal Rp 500 per saham.
Baca Juga: Punya Potensi Besar, BTN Perkuat Penyaluran Kredit ke Pekerja Sektor Informal Staf khusus Menteri Negara BUMN Arya Mahendra Sinulingga menilai,
rights issue BTN akan sangat berbeda karena dilakukan oleh institusi perbankan dengan fokus bisnis yang spesifik karena menjalankan penugasan negara. Menurutnya, keputusan Kementerian BUMN yang mengizinkan BBTN melakukan
rights issue adalah bentuk apresiasi pemegang saham pengendali terhadap investor publik untuk meningkatkan atau mempertahankan porsi kepemilikan di bank ini. “Jika opsinya
private placement, investor publik justru kehilangan haknya untuk mempertahankan prosentase kepemilikan. Kami tidak memilih opsi ini sebagai bentuk terima kasih atas dukungan investor publik selama ini,” kata Arya dalam keterangannya, Rabu (16/11). Mengacu ke prospektus awal, investor yang tidak melaksanakan (
exercise) hak nya dalam
rights issue ini akan terkena efek dilusi. Arya melihat valuasi BBTN saat ini murah, sedangkan kinerja keuangannya bagus dan terus bertumbuh. “PBV Bank Himbara lain sudah di atas 2x, BBTN baru 0,76x. Hanya soal waktu, PBV BBTN akan sejajar dengan para sejawatnya, apalagi perolehan laba bersih terus meningkat dari waktu ke waktu dan fokus perusahaan di KPR bersubsidi,” papar Arya. Banyak yang mengkhawatirkan kredit properti akan melambat imbas kenaikan inflasi dan suku bunga tinggi. Namun, Arya memperkirakan permintaan KPR BTN akan tetap tumbuh karena target pasarnya adalah pemilik rumah pertama dan untuk ditinggali. Jumlah calon pemilik rumah pertama itu berlimpah karena angka backlog masih sangat tinggi di mana sebagian besar adalah golongan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).
Baca Juga: Rights Issue Perbaiki Fundamental Bank RHB Sekuritas yang mempertahankan rekomendasi beli saham BBTN dengan target harga Rp 2.450 per saham. Target tersebut merefleksikan kian pesatnya peningkatan laba bersih perseroan setelah
rights issue dan penjualan aset tuntas tahun ini. Analis RHB Sekuritas Indonesia Ryan Santoso dan Andrey Wijaya dalam risetnya mengatakan, masuknya dana segar baru dari pelaksanaan
rights issue bakal mengerek
capital adequacy ratio (CAR) BTN menjadi sekitar 19%-20%, dibandingkan catatan September 2022 sebesar 17,3%. “Kami memperkirakan masuknya dana segara baru tersebut akan memperkuat kemampuan perseroan untuk mendongkrak pertumbuhan kredit ke depan. Apalagi pemerintah merencanakan peningkatan pemberian subsidi pembelian rumah bagi 200.000 unit tahun 2023, dibandingkan target tahun 2022 sekitar 168.000,” tulis Ryan dan Andrey dalam risetnya dikutip, Rabu (16/11). Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi