JAKARTA. PT Bank Tabungan Negara (BTN) Tbk siap kembali mencari pendanaan lewat skema kolektif-efek beragun aset (KIK EBA). Direktur Utama BTN Maryono mengungkapkan, pihaknya akan merilis penerbitan KIK EBA senilai Rp 3 triliun pada semester I-2015 atau paling lambat pada semester II-2015. Penerbitan KIK EBA ini dapat menjadi bagian dari strategi bank dengan kode saham BBTN dalam mempertahankan rasio kecukupan modal alias capital adequacy ratio (CAR) yang ditargetkan bisa berada pada level 15%-16%. Sementara itu, perseroan masih melakukan kajian penerbitan sekuritisasi aset di negeri jiran Malaysia. Kajian ini dilakukan BTN pasca disepakatinya heads of agreement antara Indonesia dan Malaysia terkait integrasi perbankan di kawasan Asia Tenggara atau ASEAN Banking Integration Framework (ABIF). "Untuk sekuritisasi di Malaysia, kami baru melakukan kajian. Untuk besarannya dan kapannya, masih kami lakukan kajian. Kalau nanti disana berikan bunga yang lebih murah dan hal yang positif, itu tentu lebih bagus," kata Maryono di Jakarta, Selasa (13/1).
BTN akan terbitkan KIK EBA Rp 3 triliun
JAKARTA. PT Bank Tabungan Negara (BTN) Tbk siap kembali mencari pendanaan lewat skema kolektif-efek beragun aset (KIK EBA). Direktur Utama BTN Maryono mengungkapkan, pihaknya akan merilis penerbitan KIK EBA senilai Rp 3 triliun pada semester I-2015 atau paling lambat pada semester II-2015. Penerbitan KIK EBA ini dapat menjadi bagian dari strategi bank dengan kode saham BBTN dalam mempertahankan rasio kecukupan modal alias capital adequacy ratio (CAR) yang ditargetkan bisa berada pada level 15%-16%. Sementara itu, perseroan masih melakukan kajian penerbitan sekuritisasi aset di negeri jiran Malaysia. Kajian ini dilakukan BTN pasca disepakatinya heads of agreement antara Indonesia dan Malaysia terkait integrasi perbankan di kawasan Asia Tenggara atau ASEAN Banking Integration Framework (ABIF). "Untuk sekuritisasi di Malaysia, kami baru melakukan kajian. Untuk besarannya dan kapannya, masih kami lakukan kajian. Kalau nanti disana berikan bunga yang lebih murah dan hal yang positif, itu tentu lebih bagus," kata Maryono di Jakarta, Selasa (13/1).