KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah bank tengah fokus meningkatkan kemampuan memberikan keuntungan bagi para pemegang sahamnya dalam beberapa tahun ke depan. Rasio return on equity (RoE) ditargetkan mengalami kenaikan signifikan dalam tiga tahun ke depan. Beberapa bank menargetkan peningkatan ROE sejalan dengan penambahan modal yang sudah dilakukan pemegang saham. Meningkatnya modal akan dipergunakan memperkuat ekspansi kredit sehingga profit diharapkan bisa semakin naik. PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) misalnya, berkomitmen untuk meningkatkan RoE mencapai 17,07%. Di jajaran bank pelatm merah, BTN merupakan bank dengan kemampuan paling kecil dalam menghasilkan laba dari modalnya. RoE bank ini per September 2022 tercatat 16,8%.
Baca Juga: BTN Roadshow ke Sejumlah Negara, Dapat Respons Positif dari Investor Institusi "Setelah
rights issue, kami akan berupaya untuk terus meningkatkan dividen kepada pemegang saham. RoE kami akan terus tingkatkan ke depan," kata Haru Koesmahargyo Direktur Utama BRI, Jumat (25/11). Akhir tahun ini, BTN akan melakukan
rights issue dengan target dana Rp 4,13 triliun. Pemerintah sebagai pemilik 60% saham bank ini menyetor modal Rp 2,48 triliun. Haru bilang, dengan dana
rights issue itu, BTN menargetkan penyaluran KPR 1,3 juta unit selama periode 2021-2025. Secara rinci, BTN menargetkan penyaluran KPR sebanyak 268.000 unit tahun ini, lalu naik jadi 314.000 unit pada 2023, kemudian jadi 352.000 unit pada 2024 dan 375.000 unit pada 2025. Secara rata-rata, BTN menargetkan pertumbuhan kredit sebesar 12,4% per tahun dari tahun 2021-2025. Tahun ini kredit ditargetkan tumbuh 7,6% secara tahunan. Lalu pada tahun 2023 tumbuh 10,13% secara tahunan, tahun 2024 meningkat 13,2% secara tahunan, dan tahun 2025 tumbuh 19,2% secara tahunan. Sejalan dengan itu, pertumbuhan rata-rata pertumbuhan laba dalam lima tahun ditargetkan mencapai 23% secara tahunan. Tahun ini, BTN membidik laba bersih mencapai Rp 3 triliun atau tumbuh 25% dari tahun lalu dan tahun 2023 mencapai Rp 3,3 triliun atau tumbuh 10% secara tahunan.
Baca Juga: Simak Target Kredit dan Laba BTN Setelah Rights Issue Rasio RoE ini merupakan indikator yang sangat penting bagi para pemegang saham dan calon investor untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh laba bersih yang dikaitkan dengan pembayaran deviden. Namun, BTN memperkirakan RoE pasca satu tahun
rights issue akan turun terlebih dahulu jadi 12,29%. Untuk meningkatkan profitabilitas ke depan, lanjut Haru, BTN akan mulai mendorong penyaluran kredit-kredit
high yield, meningkatkan porsi dana murah, serta melanjutkan inisiatif perbaikan proses bisnis dan penyelesaian kredit macet. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) juga bakal fokus meningkatkan RoE ke depan. Per September 2022, RoE konsolidasi bank ini tercatat 18,16%, naik dari 20,53% pada periode yang sama tahun lalu. Sunarso, Direktur Utama BRI mengatakan, permodalan BRI saat ini sangat kuat pasca
rights issue tahun lalu yang tercermin dari Capital Adequacy Ratio (CAR) di level 26,14%. Padahal CAR bank yang sehat sebetulnya sudah cukup sekitar 17%-18%. Ia menambahkan, rasio keuangan BRI saat ini sangat kuat. Menurutnya, tantangan perseroan ke depan adalah bagaimana meningkat rasio pengembalian modal pemegang saham. "Oleh karena itu, tantangan saya sebagai dirut saat ini adalah bagaimana me-leverage capital yang besar itu supaya lebih produktif, mencari likuiditas dan menyehatkan RoE," ujar Sunarso. Di sisi lain, BRI juga sudah punya sumber pertumbuhan baru dengan pembentukan holding ultra mikro. Sebelumnya, sunarso menjanjikan akan membawa BRI mencetak laba sekitar Rp 40 triliun tahun ini. Namun, sepanjang sembilan bulan pertama saja sudah hampir mencapai target itu yakni Rp 39,15 triliun.
Baca Juga: Strategi Bank Tabungan Negara (BBTN) Hadapi Tantangan Perbankan Tahun 2023 Sementara BNI menargetkan RoE bisa naik di atas 18% di 2025. Per September 2022, RoE bank ini tercatat sebesar 18,16%, naik daro 10,53% pada periode yang sama tahun lalu.
Untuk mencapai itu, Direktur Keuangan BNI Novita Widya Anggraini, menyatakan pihaknya harus menjaga biaya kredit di kisaran 1%. "Sehingga kami akan fokus pada kredit-kredit yang memiliki profil risiko rendah dengan target pertumbuhan kredit di kisaran 10% per tahun," ujarnya. Selain itu, BNI juga fokus pada cross seling sekaligus meningkatkan peranan bank sebagai
transactional banking dan menjadi preferensi pertama bagi nasabah. Hal itu diharapkan bisa mendorong potensi pendapatan berbasis komisi alias
fee based BNI. Menurutnya,
fee based Income akan lebih didorong oleh transaksi-transaksi nasabah, tidak hanya terkait transaksi
account maintenance, tetapi juga pada
fee yang sifatnya sindikasi, advisory, dan investment. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi