JAKARTA. Momentum penurunan BI Rate sebesar 25 basis poin dari sebelumnya di level 7,75% menjadi 7,5% dimanfaatkan perbankan untuk melakukan aksi korporasi. PT Bank Tabungan Negara (BTN) Tbk, salah satunya. Bank spesialis penyaluran Kredit Perumahan Rakyat (KPR) ini berencana untuk menerbitkan surat utang sebesar Rp 3 triliun pada medio semester I-2015 ini. Direktur Tresury dan Asset Management Bank BTN, Iman Nugroho Soeko menyatakan, penerbitan obligasi pada kuartal II-2015 ini akan menggunakan audit laporan keuangan akhir tahun 2014 lalu. "Kalau mundur, maka BTN harus mengaudit lagi laporan keuangan bulan Maret dan tentu itu akan memakan biaya yang lebih tinggi lagi. Rencananya kami akan menerbitkan sebesar Rp 3 triliun," ujar Iman di Jakarta, Jumat (6/3) akhir pekan lalu. Iman menuturkan, obligasi sebesar Rp 3 triliun tersebut merupakan penawaran umum berkelanjutan (PUB) II tahap I tahun 2015. Meski begitu, kata Iman, ia belum mengetahui apakah obligasi tersebut akan dirilis seluruhnya atau secara berkala. Oleh karena itu, bank pelat merah ini masih terus mengamati permintaan pasar. "Akan dipecah atau tidak, kondisinya akan sangat tergantung pada pasar. Mumpung BI rate sedang turun. Jadi kupon bunga yang dibayarkan bisa tidak terlalu tinggi," kata Iman. Sejatinya, penerbitan obligasi bank dengan kode emiten BBTN ini merupakan penundaan rencana penerbitan obligasi pada tahun 2014 lalu. BTN menunda penerbitan obligasi dikarenakan tren kenaikan imbal hasil bunga obligasi. Selain menerbitkan obligasi, BTN juga akan merilis kontrak investasi kolektif-efek beragun aset (KIK EBA) dan Efek beragun aset surat partisipasi (EBA SP). Total KIK EBA dan EBA SP yang akan dikeluarkan oleh BTN sebesar Rp 3 triliun. Iman bilang, penerbitan EBA SP yang akan dilakukan oleh BTN sesuai dengan anjuran Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Sekuritisasi aset ini, kata Iman, sudah ditawarkan dan dilirik oleh perusahaan asal Malaysia, Cagamas Bhd. Masuknya Cagamas ini karena nilai sekuritisasi cukup besar. Cagamas, kata Iman, hanya salah satu investor yang tertarik akan KIK EBA yang diluncurkan BTN untuk yang ke-7 kali tahun ini. "Mungkin penerbitannya akan jalan bersamaan 50%-50%. Kami akan buat Rp 3 triliun. Rp 1 triliun kami siapkan untuk pasar Malaysia. Kalau Cagamas mau, silahkan beli," kata Iman. Lebih lanjut Iman menambahkan, investor asal Malaysia tertarik untuk mengoleksi sekuritisasi aset BTN lantaran telah memiliki rasa nyaman untuk membeli. Salah satu tujuan BTN menerbitkan KIK EBA dan EBA SP ini adalah untuk memperdalam pasar keuangan. "Izinnya saat ini sedang diproses. Kami berharap KIK EBA dan EBA SP akan bisa terbit pada bulan April atau Mei mendatang," ujarnya. Sebagai gambaran, sekuritisasi adalah konversi sekelompok piutang (biasanya kredit) menjadi surat berharga. Surat berharga tersebut dapat diperdagangkan dan memberi return. Program sekuritisasi bisa menjadi alternatif sumber pendapatan bagi emiten selain obligasi. Instrumen ini juga bisa dilirik investor sebagai alternatif investasi jika memberikan return menarik. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
BTN cari dana segar Rp 6 triliun
JAKARTA. Momentum penurunan BI Rate sebesar 25 basis poin dari sebelumnya di level 7,75% menjadi 7,5% dimanfaatkan perbankan untuk melakukan aksi korporasi. PT Bank Tabungan Negara (BTN) Tbk, salah satunya. Bank spesialis penyaluran Kredit Perumahan Rakyat (KPR) ini berencana untuk menerbitkan surat utang sebesar Rp 3 triliun pada medio semester I-2015 ini. Direktur Tresury dan Asset Management Bank BTN, Iman Nugroho Soeko menyatakan, penerbitan obligasi pada kuartal II-2015 ini akan menggunakan audit laporan keuangan akhir tahun 2014 lalu. "Kalau mundur, maka BTN harus mengaudit lagi laporan keuangan bulan Maret dan tentu itu akan memakan biaya yang lebih tinggi lagi. Rencananya kami akan menerbitkan sebesar Rp 3 triliun," ujar Iman di Jakarta, Jumat (6/3) akhir pekan lalu. Iman menuturkan, obligasi sebesar Rp 3 triliun tersebut merupakan penawaran umum berkelanjutan (PUB) II tahap I tahun 2015. Meski begitu, kata Iman, ia belum mengetahui apakah obligasi tersebut akan dirilis seluruhnya atau secara berkala. Oleh karena itu, bank pelat merah ini masih terus mengamati permintaan pasar. "Akan dipecah atau tidak, kondisinya akan sangat tergantung pada pasar. Mumpung BI rate sedang turun. Jadi kupon bunga yang dibayarkan bisa tidak terlalu tinggi," kata Iman. Sejatinya, penerbitan obligasi bank dengan kode emiten BBTN ini merupakan penundaan rencana penerbitan obligasi pada tahun 2014 lalu. BTN menunda penerbitan obligasi dikarenakan tren kenaikan imbal hasil bunga obligasi. Selain menerbitkan obligasi, BTN juga akan merilis kontrak investasi kolektif-efek beragun aset (KIK EBA) dan Efek beragun aset surat partisipasi (EBA SP). Total KIK EBA dan EBA SP yang akan dikeluarkan oleh BTN sebesar Rp 3 triliun. Iman bilang, penerbitan EBA SP yang akan dilakukan oleh BTN sesuai dengan anjuran Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Sekuritisasi aset ini, kata Iman, sudah ditawarkan dan dilirik oleh perusahaan asal Malaysia, Cagamas Bhd. Masuknya Cagamas ini karena nilai sekuritisasi cukup besar. Cagamas, kata Iman, hanya salah satu investor yang tertarik akan KIK EBA yang diluncurkan BTN untuk yang ke-7 kali tahun ini. "Mungkin penerbitannya akan jalan bersamaan 50%-50%. Kami akan buat Rp 3 triliun. Rp 1 triliun kami siapkan untuk pasar Malaysia. Kalau Cagamas mau, silahkan beli," kata Iman. Lebih lanjut Iman menambahkan, investor asal Malaysia tertarik untuk mengoleksi sekuritisasi aset BTN lantaran telah memiliki rasa nyaman untuk membeli. Salah satu tujuan BTN menerbitkan KIK EBA dan EBA SP ini adalah untuk memperdalam pasar keuangan. "Izinnya saat ini sedang diproses. Kami berharap KIK EBA dan EBA SP akan bisa terbit pada bulan April atau Mei mendatang," ujarnya. Sebagai gambaran, sekuritisasi adalah konversi sekelompok piutang (biasanya kredit) menjadi surat berharga. Surat berharga tersebut dapat diperdagangkan dan memberi return. Program sekuritisasi bisa menjadi alternatif sumber pendapatan bagi emiten selain obligasi. Instrumen ini juga bisa dilirik investor sebagai alternatif investasi jika memberikan return menarik. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News