BTN Catat Transaksi Tranfer Dana via Kliring Naik 15% per Tahun



KONTAN.CO.ID - JAKARTA, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk mencermati penggunaan sistem kliring nasional SKNBI banyak digunakan oleh nasabah ritel. Mengingat tarif biayanya yang lebih murah dibandingkan transfer dana melalui transfer online lainnya.

Direktur IT dan Digital BTN Andi Nirwoto menyatakan sistem SKNBI juga digunakan untuk penyaluran dana pemerintah melalui  SPAN. Sejalan dengan adanya relaksasi tarif biaya transfer SKNBI yang diberikan Bank Indonesia sejak tahun 2020, volume transaksi melalui SKNBI juga mengalami peningkatan sebesar 15%  per tahun.

“Sejak diimplementasikannya sistem BI-Fast pada akhir 2021 maka terjadi shifting pengguna layanan SKNBI ke sistem BI-Fast. Lantaran transaksi lebih cepat, real time dan murah, dimana dana transaksi dapat langsung masuk ke rekening penerima secara real time,” ujar Andi kepada Kontan.co.id pada pekan lalu.


Baca Juga: BTN Gelar Akad Massal KPR Subsidi 10.000 Unit dalam Sehari

Asal tahu saja, bank sentral telah melanjutkan masa berlaku kebijakan tarif SKNBI sebesar Rp1 dari Bank Indonesia ke bank dan maksimum Rp2.900 dari bank kepada nasabah, dari semula berakhir 30 Juni 2022 menjadi sampai dengan 31 Desember 2022.

Andi memprediksi tren ke depannya sejalan dengan pengembangan dan penambahan fitur layanan sistem BI-Fast oleh BI sebagai Penyelenggara, maka BI-Fast dapat menjadi salah satu pilihan favorit bagi nasabah dalam melakukan transaksi ritel.

Baca Juga: BPJS Ketenagakerjaan dan BTN Terus Wujudkan Mimpi Pekerja Miliki Rumah

“Karena sistem BI-Fast dapat beroperasi selama 24/7 dan dapat diakses melalui berbagai channel yang disediakan oleh Bank seperti mobile banking, internet banking dan loket (over the counter) sehingga otomatis menjadi pilihan nasabah,” paparnya.

Sedangkan, berdasarkan data BI sepanjang tahun 2022 hingga Mei 2022, jumlah transaksi SKNBI meningkat 8,94% year on year (yoy) dari 25,24 juta kali menjadi 27,47 juta transaksi. Sedangkan nilainya transaksi kliring naik 4,75% yoy dari Rp 725,60 triliun menjadi Rp 760,09 triliun di lima bulan pertama 2022. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .