JAKARTA. Tantangan berat masih menghadang kinerja perbankan hingga akhir tahun. Perlambatan kredit dan perang suku bunga simpanan memaksa perbankan memangkas target laba. Hulmansyah, Direktur Keuangan Bank Tabungan Negara (BTN) menuturkan, pihaknya telah merevisi rencana bisnis bank (RBB) di semester II tahun ini. Salah satu poin penting RBB BTN adalah pertumbuhan laba. Hulmansyah mengungkap, BTN merevisi target pertumbuhan laba menjadi 17%-20%. Awalnya, BTN berharap bisa membukukan kenaikan laba sebesar 22% di tahun ini. "Revisi itu atas saran Otoritas Jasa Keuangan (OJK)," terang Hulmansyah, Rabu (16/7).
Kendati merevisi laba, kerja keras menanti BTN. Sebab, selama kuartal I lalu, kinerja BTN melempem. Di tiga bulan pertama tahun 2014, laba bersih BTN mencapai Rp 341 miliar, tumbuh 2,24% dari kuartal I-2013. Pemicu kenaikan tipis laba BTN adalah kenaikan beban bunga sebesar 44,29% menjadi Rp 1,8 triliun. Beban provisi juga melesat 237,25% menjadi Rp 244 miliar karena rasio kredit bermasalah (NPL gross) naik menjadi 4,74%. Dari sisi pertumbuhan kredit, Hulmansyah meyakini, target penyaluran kredit BTN sesuai target internal dan arahan otoritas yakni di kisaran 15%-17%. Di paruh kedua tahun ini, BTN tetap fokus menggenjot kredit pemilikan rumah (KPR), baik subsidi dan non subsidi, meski ada kebijakan pemerintah agar mengurangi KPR rumah bersubsidi. "Pertumbuhan KPR bersubsidi memang tergantung suplai dari pemerintah," jelas Hulmansyah. Setali tiga uang, Bank Permata merevisi target pertumbuhan laba di tahun ini. Bank Permata merevisi pertumbuhan laba dari target awal 15%-17% menjadi hanya tumbuh 13%-14% saja. Roy A. Arfandy, Pjs Direktur Utama Bank Permata, mengatakan, pihaknya merevisi pertumbuhan laba tersebut sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang memang melambat. "Jadi, kami ingin lebih prudent dengan tidak terlalu agresif dalam pertumbuhan kredit," tutur Roy.