BTN incar kenaikan 15% pendapatan bunga bersih



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Tabungan Negara (persero) Tbk (BTN) memproyeksikan ada kenaikan pendapatan bunga tahun 2018.

Direktur BTN Mahelan Prabantarikso menilai, pada tahun 2018 khususnya di kuartal III, akan terjadi kenaikan suku bunga acuan, yang akan berdampak pada kenaikan suku bunga kredit.

Kendati demikian peningkatan suku bunga acuan ini juga akan diiringi dengan kenaikan pada beban bunga. "Bagi BTN, kondisi tersebut telah diantisipasi di mana diperkirakan pendapatan bunga bersih atau net interest income (NII) akan tumbuh di atas 15%," ujar Mahelan kepada Kontan.co.id, Selasa (9/1). Proyeksi tersebut lebih tinggi ketimbang capaian NII BTN di tahun 2017 yang berhasil tumbuh 14,48% secara yoy.


Dus, untuk mensiasati adanya peningkatan tersebut, bank bersandi saham BBTN tetap akan fokus pada sektor perumahaan dengan memperkuat segmen mass market.

Sekadar tambahan informasi saja, Mahelan mengatakan per Desember 2017 pendapatan bunga BTN berhasil tumbuh sebesar 12,5% secara tahunan atau year on year (yoy).

Bank yang fokus dalam pembiayaan perumahan ini menyebut peningkatan pendapatan bunga didorong oleh pertumbuhan bisnis kredit BTN yang tumbuh cukup tinggi sebesar 21,01% yoy di tahun 2017.

Pun, perbaikan dari sisi kualitas kredit juga menjadi pemicu peningkatan pendapatan bunga perseroan. Catatan saja, per Desember 2017 BTN berhasil menekan laju kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) ke level 2,61% setelah di periode yang sama tahun lalu NPL berada di tingkat 2,84%.

Tidak hanya itu, BTN juga berhasil menekan beban bunga tahun ini yang hanya tumbuh 10,80%. "BTN fokus dalam peningkatan pendanaan berbiaya murah seperti giro dan tabungan yang memiliki suku bunga lebih murah dibandingkan dengan deposito," tambah Mahelan.

Secara terpisah, Direktur Keuangan BTN Iman Nugroho Soeko mengatakan dalam rencana bisnis bank (RBB) tahun 2018 ini perseroan mematok pertumbuhan pendapatan bunga naik 24% seiring dengan kenaikan kredit BTN yang juga dipatok naik 24%.

"Beban bunga naik sektar 20%, karena kami tidak ada rencana terbitkan obligasi jangka panjang yang bunganya mahal, tapi diganti dengan DPK," ungkapnya. Iman menambahkan, menggunakan asumsi tersebut pihaknya berharap NII dapat naik sekitar 28%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia