JAKARTA. Penandatanganan heads of agreement antara Indonesia dan Malaysia terkait integrasi perbankan di kawasan Asia Tenggara atau ASEAN Banking Integration Framework (ABIF), memunculkan ide kreatif industri perbankan. Salah satu bank yang akan memanfaatkan pelonggaran akses pasar dan fleksibilitas operasional perbankan di ASEAN ini adalah PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN). Manajemen emiten bank bersandi saham BBTN tersebut menyatakan akan memanfaatkan kerjasama bilateral Indonesia–Malaysia untuk menerbitkan sekuritisasi aset dengan pihak bank dari Malaysia, demi memperkuat bisnis BTN. "Kami sudah bisa melakukan sekuritisasi aset setiap tahun. Kemungkinan akan ada rencana sekuritisasi lagi sebesar Rp 3 triliun," kata Maryono, Direktur Utama BTN, Senin (5/1). Sebelumnya, BTN menggelar sekuritisasi aset untuk menambah amunisi ekspansi kredit, khususnya kredit pemilikan rumah (KPR) berjangka waktu cukup panjang. Pada tahun ini, bank milik pemerintah yang fokus pada kredit properti itu menargetkan pertumbuhan kredit di kisaran 17%–18%.
BTN jajaki sekuritisasi KPR di Malaysia
JAKARTA. Penandatanganan heads of agreement antara Indonesia dan Malaysia terkait integrasi perbankan di kawasan Asia Tenggara atau ASEAN Banking Integration Framework (ABIF), memunculkan ide kreatif industri perbankan. Salah satu bank yang akan memanfaatkan pelonggaran akses pasar dan fleksibilitas operasional perbankan di ASEAN ini adalah PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN). Manajemen emiten bank bersandi saham BBTN tersebut menyatakan akan memanfaatkan kerjasama bilateral Indonesia–Malaysia untuk menerbitkan sekuritisasi aset dengan pihak bank dari Malaysia, demi memperkuat bisnis BTN. "Kami sudah bisa melakukan sekuritisasi aset setiap tahun. Kemungkinan akan ada rencana sekuritisasi lagi sebesar Rp 3 triliun," kata Maryono, Direktur Utama BTN, Senin (5/1). Sebelumnya, BTN menggelar sekuritisasi aset untuk menambah amunisi ekspansi kredit, khususnya kredit pemilikan rumah (KPR) berjangka waktu cukup panjang. Pada tahun ini, bank milik pemerintah yang fokus pada kredit properti itu menargetkan pertumbuhan kredit di kisaran 17%–18%.