JAKARTA. Bank Tabungan Negara (BTN) terus berupaya untuk memperkuat permodalannya. Salah satu cara yang sedang dikaji adalah konversi dana Badan Layanan Umum Pusat Pembiayaan Perumahan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menjadi obligasi subordinasi (subdebt). Maryono, Direktur Utama BTN menjelaskan, dana BLU milik pemerintah senilai Rp 17 triliun berfungsi sebagai dana Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP). Nah, Maryono berharap, dana tersebut bisa dikonversi menjadi subdebt untuk meningkatkan modal BTN. "Tapi kan tidak bisa semua. Kami perkirakan hanya bisa sebesar Rp 11 triliun untuk jaga rasio kecukupan modal (CAR) kami," terang Maryono, Rabu (11/11).
Jika rencana tersebut disetujui pemerintah, Maryono memperkirakan, CAR BTN bisa melonjak hingga kisaran level 25%-28%. Dengan CAR sebesar itu, lanjut Maryono, BTN punya ruang untuk ekspansi dan membantu pembiayaan rumah pemerintah hingga 3-4 tahun ke depan. Selain rencana itu, Maryono juga mengatakan, BTN mengkaji untuk melakukan revaluasi aset. Namun untuk yang satu ini, dia menilai nilainya tidak signifikan menambah modal. "Apalagi, kami pernah melakukan revaluasi aset pada 2007. Dan karena sampai saat ini, rentang kenaikan aset tidak signifikan, maka revaluasi aset kecil untuk modal," imbuhnya. Di luar itu, Maryono juga bilang, modal BTN tetap akan ditopang laba ditahan setiap tahunnya. BTN juga tak hanya mencari modal saja. Tahun depan, bank dengan sandi saham BBTN ini juga mengincar pendanaan di luar dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp 9,5 triliun. Maryono menuturkan, ada beberapa upaya yang akan dan sudah dilakukan. Salah satunya pinjaman dari Bank ICBC Indonesia senilai Rp 11,4 triliun dengan jangka waktu penarikan hingga tiga tahun ke depan. Tahun ini, BTN sudah mencairkan pinjaman senilai Rp 1 triliun. "Kami juga masih akan merilis KIK EBA tahun depan. Nilainya mungkin Rp 1 triliun," kata Maryono.
Tidak hanya itu, Maryono juga membuka ruang BTN untuk mendapatkan pinjaman dari lembaga jasa keuangan internasional lainnya. Selain itu, BTN juga punya rencana untuk menerbitkan obligasi dengan target dana Rp 3 triliun. "Tapi untuk yang sifatnya ke pasar, kami lihat kondisinya tingkat bunga," jelasnya. Asal tahu saja, BTN sudah menetapkan kisaran target bisnisnya di tahun depan. Pertumbuhan laba ditargetkan bisa tumbuh lebih dari 25%, dengan dukungan penyaluran kredit berkisar 18%-20%, DPK 19%-21%. "Rancangan target laba di tahun depan sejalan dengan asumsi makro yang diprediksi akan membaik. Dan kami akan tetap fokus pada pembiayaan rumah, khususnya bagi kalangan menengah ke bawah," ujar Maryono. Tahun depan, Maryono bilang, BTN juga bakal tetap mendukung penyaluran program satu juta rumah, dengan tetap melakukan efisiensi biaya, penurunan kredit bermasalah, dan juga dukungan digital banking untuk memperoleh pendapatan berbasis komisi alias fee based income. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Havid Vebri