JAKARTA. Banyak nada "miring" terlontar terkait rencana pemerintah mengakuisisi PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) melalui PT Bank Mandiri Tbk (Mandiri). Namun, pengamat perbankan Mochammad Doddy Ariefianto justru menilai positif rencana tersebut. Doddy mengaku setuju dengan rencana perkawinan dua bank pelat merah tersebut. Menurut dia, Indonesia akan memiliki bank lebih kuat dengan aset-aset besar dan berdaya saing, terutama untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) tahun 2015 mendatang. Dia mengatakan, Indonesia sampai saat ini belum memiliki bank yang kuat dengan performa meyakinkan setara bank-bank di negara Asia Tenggara lainnya. Sebutlah, misalnya, Maybank (Malaysia), dan DBS (Singapura). "Saya pikir selama ini kekhawatiran yang timbul atas rencana akuisisi tersebut tidak perlu ada, meski bisa dipahami. Karena semangatnya kan Indonesia jadi punya daya saing tinggi di sektor perbankan dan lebih siap menghadapi pasar bebas ASEAN," ujar Doddy, Senin (21/4). Terkait itulah, lanjut Doddy, BTN, yang sangat kuat di niche market perumahan selama bertahun-tahun dengan kompetensi tak bisa dikejar bank lainnya, termasuk Mandiri, akan lebih bertaji jika disatukan. Nasabah aman Adapun terkait nasabah BTN dan calon nasabah yang sudah mengajukan aplikasi KPR, lanjut Doddy, juga tidak perlu cemas. Pasalnya, baik Mandiri maupun BTN, adalah perusahaan perbankan yang sudah mengadopsi sistem kerja modern dan profesional. "Jadi, akan ada restrukturisasi, terlebih BTN diwacanakan sebagai unit usaha (setara Bank Syariah Mandiri) yang punya sistem jelas dan terpisah ketimbang sistem pada unit usaha lainnya. Jadi, sistem yang ada selama ini berjalan dengan baik akan terus berlanjut, sementara sistem yang terhambat mungkin direstrukturisasi," kata Doddy. Dia menambahkan, bahwa konsolidasi semacam itu perlu dilakukan untuk memperkuat bank Nasional menghadapi MEA. Sebelumnya di Kompas.com, sejumlah kekhawatiran muncul di kalangan praktisi bisnis perumahan dan juga masyarakat nasabah kredit pemilikan rumah (KPR) terkait rencana akuisisi tersebut. Ketua DPD APERSI DKI Jakarta, Ari Tri Priyono, misalnya, yang mengemukakan kecemasannya terkait hal tersebut kepada Kompas.com, Senin (21/4). Menurut dia, betapa pengembang tidak cemas bila Mandiri, yang kelak menjadi induk BTN, tidak punya kompetensi di sektor perumahan. "Masalah perumahan itu sangat rumit, hingga kini masih belum terselesaikan dengan baik, malah makin amburadul. Selain back log masih 16 juta, juga masalah krusial lainnya yang tidak bisa ditemukan solusinya, bahkan oleh Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera)," ujar Ari. Sebelumnya, mantan Direktur Utama Bank Tabungan Negara (BTN) periode 1988-1994 Asmuadji menyayangkan sikap pemerintah yang berencana mengakuisisi bank tersebut lewat Bank Mandiri. Menurutnya, tidak seharusnya BTN dikorbankan hanya demi ambisi Bank Mandiri. Ia menilai, kalau Bank Mandiri ingin menjadi lebih besar maka lakukanlah dengan cara yang wajar. (Hilda B Alexander)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
BTN-Mandiri perkuat daya saing bank lokal di Asia
JAKARTA. Banyak nada "miring" terlontar terkait rencana pemerintah mengakuisisi PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) melalui PT Bank Mandiri Tbk (Mandiri). Namun, pengamat perbankan Mochammad Doddy Ariefianto justru menilai positif rencana tersebut. Doddy mengaku setuju dengan rencana perkawinan dua bank pelat merah tersebut. Menurut dia, Indonesia akan memiliki bank lebih kuat dengan aset-aset besar dan berdaya saing, terutama untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) tahun 2015 mendatang. Dia mengatakan, Indonesia sampai saat ini belum memiliki bank yang kuat dengan performa meyakinkan setara bank-bank di negara Asia Tenggara lainnya. Sebutlah, misalnya, Maybank (Malaysia), dan DBS (Singapura). "Saya pikir selama ini kekhawatiran yang timbul atas rencana akuisisi tersebut tidak perlu ada, meski bisa dipahami. Karena semangatnya kan Indonesia jadi punya daya saing tinggi di sektor perbankan dan lebih siap menghadapi pasar bebas ASEAN," ujar Doddy, Senin (21/4). Terkait itulah, lanjut Doddy, BTN, yang sangat kuat di niche market perumahan selama bertahun-tahun dengan kompetensi tak bisa dikejar bank lainnya, termasuk Mandiri, akan lebih bertaji jika disatukan. Nasabah aman Adapun terkait nasabah BTN dan calon nasabah yang sudah mengajukan aplikasi KPR, lanjut Doddy, juga tidak perlu cemas. Pasalnya, baik Mandiri maupun BTN, adalah perusahaan perbankan yang sudah mengadopsi sistem kerja modern dan profesional. "Jadi, akan ada restrukturisasi, terlebih BTN diwacanakan sebagai unit usaha (setara Bank Syariah Mandiri) yang punya sistem jelas dan terpisah ketimbang sistem pada unit usaha lainnya. Jadi, sistem yang ada selama ini berjalan dengan baik akan terus berlanjut, sementara sistem yang terhambat mungkin direstrukturisasi," kata Doddy. Dia menambahkan, bahwa konsolidasi semacam itu perlu dilakukan untuk memperkuat bank Nasional menghadapi MEA. Sebelumnya di Kompas.com, sejumlah kekhawatiran muncul di kalangan praktisi bisnis perumahan dan juga masyarakat nasabah kredit pemilikan rumah (KPR) terkait rencana akuisisi tersebut. Ketua DPD APERSI DKI Jakarta, Ari Tri Priyono, misalnya, yang mengemukakan kecemasannya terkait hal tersebut kepada Kompas.com, Senin (21/4). Menurut dia, betapa pengembang tidak cemas bila Mandiri, yang kelak menjadi induk BTN, tidak punya kompetensi di sektor perumahan. "Masalah perumahan itu sangat rumit, hingga kini masih belum terselesaikan dengan baik, malah makin amburadul. Selain back log masih 16 juta, juga masalah krusial lainnya yang tidak bisa ditemukan solusinya, bahkan oleh Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera)," ujar Ari. Sebelumnya, mantan Direktur Utama Bank Tabungan Negara (BTN) periode 1988-1994 Asmuadji menyayangkan sikap pemerintah yang berencana mengakuisisi bank tersebut lewat Bank Mandiri. Menurutnya, tidak seharusnya BTN dikorbankan hanya demi ambisi Bank Mandiri. Ia menilai, kalau Bank Mandiri ingin menjadi lebih besar maka lakukanlah dengan cara yang wajar. (Hilda B Alexander)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News