BTN menargetkan kredit konstruksi tumbuh 30%



JAKARTA. PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) akan memperbesar pembiayaan kredit konstruksi sebesar 30% atau sekitar Rp 9,1 triliun di sepanjang tahun 2012. Potensi kredit untuk para pengembang ini masih sangat besar, mengingat tingginya permintaan rumah di Indonesia, terutama untuk kalangan masyarakat menengah ke bawah.

Saut Pardede, Direktur Keuangan BTN mengatakan, tahun ini BTN akan berpartisipasi memberikan kredit konstruksi pada perusahaan pengembang menengah atas, seperti Agung Podomoro Group, Ciputra Group dan Bakrieland Development. Selama ini mereka terbilang ekspansif dan banyak menyerap kredit bank.

Namun demikian, kelompok debitur kelas kakap itu bukan penyerap terbesar kredit konstruksi BTN. Partisipasi di segmen ini nilainya masih kecil. Misalnya, proyek pembangunan apartemen dengan harga Rp 500 juta per satu unit "Selama ini kami mayoritas membiayai kredit konstruksi pada developer kelas menengah ke bawah," kata Saut, Kamis (9/2).


Hingga Desember 2011, total kredit konstruksi BTN mencapai sekitar Rp 7 triliun atau tumbuh 23% dibandingkan Rp 5,6 triliun pada akhir Desember 2010. Rasio kredit macet atau non performing loan (NPL) di bawah 1%.

Catatan saja, selain menyediakan kredit konstruksi, BTN juga memberikan kredit untuk kegiatan penunjang perumahan atau housing related, seperti kredit pendukung perumahan (KPP).

BTN menawarkan KPP dalam skim kredit investasi maupun modal kerja untuk pengusaha yang bergerak di bidang yang terkait dengan perumahan.

Eddy Ganefo, Ketua Umum Asosiasi Pengembang Perumahan dan Pemukiman Seluruh Indonesia (Apersi) menyampaikan, beberapa perusahaan tenaga pengembang kelas menengah banyak memanfaatkan kredit BTN. Menurutnya, hanya bank BUMN paling kecil dari sisi aset ini, yang fokus membiayai proyek properti menengah ke bawah. Bank pelat merah lain memang ikut berpartisipasi, tetapi itu untuk proyek developer besar.

Eddy menambahkan, rata-rata pengembang meminjam kredit ke bank sebesar Rp 2 miliar sampai Rp 10 miliar, tergantung dari perhitungan luas tanah dan lokasi. Semakin luas tanah dan strategis lokasinya, permohonan kredit semakin besar hingga Rp 10 miliar. Jangka waktu peminjaman selama dua tahun dan dapat diperpanjang hingga empat tahun.

Pengembang memperoleh bunga kredit sebesar 12%-14%. Zulkarnain Arief, Wakil Ketua Bidang Infrastruktur Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, berharap, perbankan dapat menekan bunga menjadi single digit. Apalagi Bank Indonesia (BI) telah menurunkan bunga acuan atau BI rate hingga mencapai titik terendah sebesar 5,75% pada Februari 2012. "Kami masih memperoleh bunga kredit tinggi, harusnya bisa ditekan hingga di bawah 10%" tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: