BTN Perkirakan 5% Restrukturisasi Covid-19 Berpotensi Jadi NPL Pada Tahun Depan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) mencatatkan outstanding restrukturisasi kredit terdampak Covid-19 terus turun seiring dengan mulai pulihnya kondisi perekonomian nasional. 

Hingga Februari 2022, outstanding restrukturisasi Covid-19 di bank spesialis Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) ini telah turun 3,7% dari posisi akhir 2021 sebesar Rp 40,39 triliun. 

Direktur Wholesale Risk and Asset Management BTN Elisabeth Novie Riswanti mengatakan, debitur restrukturisasi Covid-19 tersebut terus dilakukan penilaian secara periodik. 


Dari angka itu diperkirakan akan ada yang turun status jadi Non Performing Loan (NPL) ketika aturan relaksasi restrukturisasi Covid-19 dicabut pada  akhir Maret 2023. 

"Diproyeksikan sampai dengan akhir tahun 2023  yang akan downgrade ke NPL dikisaran 5% dari total restrukturisasi Covid-19," kata Novie kepada KONTAN, Kamis (31/3).

BTN akan meningkatkan terus coverage cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) dari tahun ke tahun. 

Baca Juga: Bidik Pelaku Usaha, Bank BTN Tawarkan Tabungan BTN Bisnis

Direktur Risk Management and Transformation BTN Setiyo Wibowo mengatakan, perusahaan akan menaikkan pencadangan secara bertahap. "Harapannya, berada dikisaran 145% - 150% coverage CKPN terhadap NPL," kata Setiyo.

Setiyo menyebut, pencadangan ini sebagai persiapan dan alokasi biaya seandainya kualitas kredit turun. Dengan pencadangan yang makin tinggi, BTN lebih siap menghadapi berbagai kondisi. 

Misalnya, kondisi ekonomi memburuk sehingga mempengaruhi kualitas kredit.  

Untuk tahun ini, BTN akan menjaga rasio kredit bermasalah (NPL) Gross di kisaran 3,4%-3,5%. Strateginya dengan mengawal program restrukturisasi kredit nasabah terdampak Covid-19.  

Kemudian fokus pada penagihan kredit berdasarkan periode tunggakan yang digolongkan dalam bucket awal, menengah dan akhir. Kemudian melaksanakan penjualan aset - aset bermasalah baik satuan maupun bulk melalui asset sale festival.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi