KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Tabungan Negara Tbk (Persero) (BTN) akan menggelar penambahan modal melalui penerbitan saham baru dengan skema HMETD atau
rights issue. Aksi korporasi akan semakin memperbaiki kinerja dan fundamental perseroan ke depan. Saat ini, fundamental bank berkode saham
BBTN semakin membaik. Hal yang paling signifikan terlihat pada struktur dana sehingga biaya dana cukup rendah dan likuiditas masih longgar. Sepanjang semester I-2022, BTN mencatatkan laba bersih Rp 1,47 triliun atau tumbuh 59,87% dari paruh pertama tahun lalu yang hanya mencapai Rp920 miliar. Ini merupakan rekor pencapaian laba tertinggi pada semester pertama sejak BTN berdiri.
Capaian itu ditopang oleh kemampuan BTN untuk menekan biaya dana alias
cost of fund, di tengah pendapatan bunga yang naik tipis. Beban bunga tercatat turun 27,8% menjadi Rp 4,94 triliun. Sementara pendapatan bunga hanya naik 1,1% dari Rp 12,53 triliun pada menjadi Rp 12,68 triliun pada semester I 2022. Penurunan beban bunga ini disebabkan strategi BTN dalam menghimpun dana murah melalui produk giro dan tabungan (
current account saving account/CASA). Tercatat CASA BTN menembus Rp 137,45 triliun meningkat 22,95%. CASA memiliki porsi 45% dari total dana pihak ketiga (DPK) per Juni 2022. Porsi ini meningkat signifikan dibandingkan setahun sebelumnya yang tercatat 37,5%. Peningkatan porsi CASA berdampak langsung terhadap penurunan
cost of fund menjadi 1,22% pada semester I-2022. Ini merupakan
cost of fund terendah BTN dalam 12 tahun terakhir.
Baca Juga: Bank BTN Pacu Peningkatan Tabungan Bisnis di Surabaya Strategi pengembangan dana murah ini juga tidak membuat likuiditas BTN menjadi ketat. Likuiditas terpantau masih optimal yang tercermin pada
loan to deposits ratio (LDR) di level 93,11%. Adapun likuiditas BTN pada tahun-tahun sebelum pandemi Covid-19 selalu ketat dengan LDR di atas 100%. Tingginya LDR ini disebabkan karena mayoritas pembiayaan BTN adalah kredit pemilikan rumah yang memiliki tenor sangat panjang hingga 15-20 tahun, yang dibiayai oleh DPK yang memiliki tenor sangat pendek. Alhasil, BTN rutin menerbitkan obligasi maupun melakukan sekuritisasi aset untuk mencari likuiditas tambahan untuk mendukung pertumbuhan kredit. Namun, sejak BTN dipimpin oleh Direktur Utama Haru Koesmahargyo mitos likuiditas tinggi BTN terpatahkan. BTN mampu melonggarkan likuiditas sekaligus menurunkan
cost of fund. BTN saat ini dinilai berada dalam jalur yang tepat dengan fokus pada pengembangan DPK terutama pada produk dana murah. Bila likuiditas cukup
ample dan
cost of fund rendah maka laba BTN bisa tumbuh secara konsisten dan berkelanjutan dari tahun ke tahun.
Analis fundamental Kanaka Hita Solvera (KHS) Raditya Pradana mengatakan perbaikan fundamental BBTN, terutama di
cost of fund, menjadi kabar baik bagi investor yang sudah lama menantikan
rights issue. Dengan biaya dana lebih rendah, BTN akan semakin kompetitif dalam menjalankan perannya sebagai agen pemerintah dalam menyediakan KPR untuk segmen masyarakat berpenghasilan rendah. “
Rights issue BBTN menarik karena tujuannya meningkatkan kapasitas perseroan menyalurkan kredit perumahan guna mendukung Program Perumahan Nasional. Kami proyeksikan harga wajar BBTN saat ini berkisar pada level 2.200,” kata Raditya, Rabu (5/10). Dengan mengacu ke nilai buku (
book vaue), Raditya menilai harga BBTN saat ini masih sangat menarik untuk melakukan akumulasi. Setelah mengakumulasi saham induk, menurutnya, investor ritel selanjutnya perlu mengkalkulasi nilai teoretisnya terlebih dahulu agar dapat mengetahui
undervalued atau
overvalued. BTN diharapkan lebih atraktif dalam menghimpun dana masyarakat. Target utama tentunya adalah nasabah KPR yang diharapkan juga menggunakan BTN untuk menabung maupun bertransaksi. Selain itu, masih ada kue besar dari dana korporasi dan nasabah besar. Kunci dari menggaet tentunya layanan harus setara dengan bank besar lainnya. Untuk memperkuat DPK dan memperbesar porsi CASA. BTN gencar gencar memasarkan produk terbarunya yaitu Tabungan BTN Bisnis dengan menggelar
roadshow ke sejumlah kota besar. Produk ini diperuntukkan bagi para pebisnis khususnya pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Direktur Distribution & Funding Bank BTN, Jasmin mengatakan
road show ini merupakan upaya Bank BTN mengenalkan Tabungan BTN Bisnis ke sentra bisnis di berbagai daerah dengan menyasar pelaku usaha, dari berbagai segmen dan sektor usaha, baik yang berada di industri hulu maupun hilir khususnya UMKM.
Baca Juga: Sasar Pelaku Usaha, BTN Berhasil Himpun Dana Rp 1,6 Triliun lewat Tabungan Bisnis “Dengan
road show Tabungan BTN Bisnis ini diharapkan respon UMKM di Ibu Kota Jawa Timur ini akan lebih meningkat, kemudian ada gerai-gerai UMKM yang kita fasilitasi," katanya dalam keterangan resminya, Senin ( 3/10). Sebelumnya Bank BTN, juga telah melakukan
road show Tabungan BTN Bisnis di berbagai daerah seperti Tanah Abang-Jakarta, Singkawang, Semarang dan Medan serta akan menyusul daerah berikutnya antara lain Kota Bandung. Menurut Jasmin, Tabungan BTN Bisnis menjadi salah satu solusi bagi para pelaku usaha yang akan mempermudah transaksi bisnisnya karena memiliki beragam fitur pendukung diantaranya limitasi transaksi yang tinggi untuk transfer. Selain itu, Tabungan BTN Bisnis juga menawarkan fitur yang dapat memudahkan pemantauan dan pencatatan pembukuan transaksi.
Jasmin menambahkan, Tabungan BTN Bisnis dapat menunjang aliran transaksi di antara para pedagang dari
supplier, pengolah bahan baku maupun penjual di rantai bisnis industri. Apalagi pertumbuhan bisnis produk lokal makin diminati dengan kualitas dan produk yang inovatif. Sebagai informasi, saat ini BTN sedang memproses aksi korporasi penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (PMHMETD) atau
rights issue dengan jumlah maksimal 4,6 miliar saham dengan target dana Rp 4,13 triliun. Hasil
rights issue ini akan akan meningkatkan kemampuan BTN dalam rangka mendukung Program Perumahan Nasional, khususnya Program Pemerintah Sejuta Rumah, serta peruntukan lainnya yang mendukung pertumbuhan bisnis Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari