JAKARTA. Bank Tabungan Negara (BTN) yakin pertumbuhan kredit di Semester II akan lebih tinggi dibanding Semester I tahun ini. Sebab kondisi politik akan mereda karena pemilu 2014 usai sehingga gairah investasi dan transaksi bisnis kembali meningkat. Menurut Maryono, Direktur Utama BTN, bisa saja pasca pemilu 2014, kondisi market akan lebih kondusif. "Selain itu, berbagai kebijakan regulator seperti soal Loan To Value (LTV) kecil dampaknya bagi bisnis kredit pemilikan rumah (KPR) kami," kata Maryono di Jakarta, Rabu, (25/6). Apalagi, tambah Maryono, saat ini debitur KPR untuk keperluan spekulasi semakin sedikit. Sebagian besar debitur KPR BTN, yakni 94%, adalah pembeli rumah yang pertama. "Hanya saja diakuinya, kondisi ini membuat BTN juga tidak ikut menikmati banyaknya pengajuan kredit KPR dari para spekulan," ujar Maryono. Terkait bagaimana trend bunga KPR BTN di Semester II tahun ini, Maryono menegaskan hal ini bergantung tingkat suku bunga acuan (BI Rate) yang ditetapkan oleh Bank Indonesia (BI). Jika BI Rate turun, BTN akan mudah menurunkan bunga KPR. "Tapi kalau BI Rate naik lagi, sulit kita mencegah kenaikan bunga," pungkas Maryono. Hingga Kuartal I tahun ini, jumlah kredit yang disalurkan oleh BTN mencapai Rp 103 triliun. Jumlah ini menunjukkan pertumbuhan 20,24% dibanding akhir tahun 2013 sebesar Rp 85 triliun. Selama Kuartal I 2014, porsi pembiayaan perumahan masih mendominasi 87,25% dari total kredit BTN di Kuartal I 2014 atau sebesar Rp 89,8 triliun. Sisanya 12,75% atau Rp 13,11 triliun disalurkan untuk pembiayaan non perumahan.
BTN tak bisa nikmati pengajuan KPR para spekulan
JAKARTA. Bank Tabungan Negara (BTN) yakin pertumbuhan kredit di Semester II akan lebih tinggi dibanding Semester I tahun ini. Sebab kondisi politik akan mereda karena pemilu 2014 usai sehingga gairah investasi dan transaksi bisnis kembali meningkat. Menurut Maryono, Direktur Utama BTN, bisa saja pasca pemilu 2014, kondisi market akan lebih kondusif. "Selain itu, berbagai kebijakan regulator seperti soal Loan To Value (LTV) kecil dampaknya bagi bisnis kredit pemilikan rumah (KPR) kami," kata Maryono di Jakarta, Rabu, (25/6). Apalagi, tambah Maryono, saat ini debitur KPR untuk keperluan spekulasi semakin sedikit. Sebagian besar debitur KPR BTN, yakni 94%, adalah pembeli rumah yang pertama. "Hanya saja diakuinya, kondisi ini membuat BTN juga tidak ikut menikmati banyaknya pengajuan kredit KPR dari para spekulan," ujar Maryono. Terkait bagaimana trend bunga KPR BTN di Semester II tahun ini, Maryono menegaskan hal ini bergantung tingkat suku bunga acuan (BI Rate) yang ditetapkan oleh Bank Indonesia (BI). Jika BI Rate turun, BTN akan mudah menurunkan bunga KPR. "Tapi kalau BI Rate naik lagi, sulit kita mencegah kenaikan bunga," pungkas Maryono. Hingga Kuartal I tahun ini, jumlah kredit yang disalurkan oleh BTN mencapai Rp 103 triliun. Jumlah ini menunjukkan pertumbuhan 20,24% dibanding akhir tahun 2013 sebesar Rp 85 triliun. Selama Kuartal I 2014, porsi pembiayaan perumahan masih mendominasi 87,25% dari total kredit BTN di Kuartal I 2014 atau sebesar Rp 89,8 triliun. Sisanya 12,75% atau Rp 13,11 triliun disalurkan untuk pembiayaan non perumahan.