BTN tak terkena dampak pelemahan rupiah



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kurs rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) beberapa hari terakhir bergerak fluktuatif. Merujuk pada data Jakarta interbank spot dollar rate atau JISDOR Bank Indonesia (BI), pada Jumat (2/3) kurs rupiah terhadap dollar AS ditutup di angka Rp 13.746, sedangkan sehari sebelumnya sempat menyentuh level Rp 13.793. Pada bulan ketiga tahun 2018, kurs rupiah terhadap dollar berada di titik terlemah sejak awal tahun. Kurs rupiah BI pun tidak jauh berbeda dengan pasar sot. Melihat data Bloomberg, kurs rupiah dibanding dollar AS pada Jumat (2/3) sempat ada di level Rp 13.757. Meski rupiah mengalami pelemahan, hal ini tidak langsung berdampak pada likuiditas valuta asing (valas) perbankan. Terutama bagi bank yang memiliki eksposur kredit dalam mata uang rupiah. Ambil contoh PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk atau BTN yang menyebut tidak terkena dampak apapun dari pelemahan rupiah yang terjadi belakangan ini. Direktur Keuangan BTN Iman Nugroho Soeko menjelaskan memang dari sisi liabilitas dan aset BTN ada yang dalam mata uang valas. Namun, hal ini sudah diantisipasi oleh perseroan lewat lindung nilai alias hedging. "Ada liabilitas dan aset valas (di BTN) tapi semuanya ter-hedge secara natural baik dari sisi interest rate maupun maturity," jelasnya kepada Kontan.co.id, Minggu (4/3). Iman menanggapi pelemahan ini bilang, rupiah memang termasuk dalam mata uang yang bisa diperdagangkan secara bebas alias tidak ada capital control maupun exchange control. Alhasil, bila terjadi pelemahan atau penguatan terhadap mata uang tertentu hal tersebut merupakan konsekuensi logis. Hanya saja, bila pelemahan rupiah dirasa berlebihan dan dapat mengganggu ekonomi maka kewenangan dan tanggung jawabnya berada di tangan bank sentral untuk melakukan intervensi. "Kalau melemahnya berlebihan, itu menjadi kewenangan dan tanggung jawab bank sentral untuk intervensi yang memadai, agar nilai tukar rupiah tetap terjaga sesuai dengan nilai fundamentalnya," ungkap Iman.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Sofyan Hidayat