BTN Telah Sesuaikan Bunga Simpanan Valas hingga 50 Bps Tergantung Tenor dan Nominal



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk mengaku sudah menyesuaikan bunga simpanan valas berkisar 25 basis poin (bps) hingga 50 bps menjadi 1,75% hingga 2,75%. Direktur Distribusi dan Pendanaan Bank BTN Jasmin menyatakan tergantung jangka waktu dan besaran nominal simpanannya. 

“Tren simpanan valas di BTN cukup bagus meskipun belum signifikan dibandingkan rupiahnya. Jumlah DPK Valas kecil, sekitar 1% hingga 2% dari total DPK BTN,” papar Jasmin kepada Kontan.co.id belum lama ini. 

Memang, perbankan mulai menyesuaikan bunga simpanan valuta asing (valas) seiring dengan kenaikan bunga Bank Indonesia (BI). Ini membuat, simpanan dana pihak ketiga (DPK) valas perbankan ikut naik di saat nolai mata uang dolar AS kian perkasa. 


Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) memantau pada 22 Agustus hingga 16 September 2022 perkembangan suku bunga pasar SBP simpanan valas terpantau naik sebesar 20 bps menjadi sebesar 0,44%. Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa menyatakan ini sebagai dampak ekspektasi kenaikan suku bunga kebijakan The Fed dan kondisi likuiditas valas dengan ruang lanjutan peningkatan cukup terbuka pasca FOMC September 2022.

Baca Juga: Ditopang Dana Murah, DPK Valas Bank Mandiri Naik 27,1% per Agustus 2022

Adapun data BI mencatatkan DPK valas perbankan mampu tumbuh 12,1% secara tahunan alias year on year (YoY) menjadi Rp 1.049,6 triliun per Agustus 2022. Jauh lebih tinggi dari pertumbuhan DPK rupiah yang hanya naik 7,6% menjadi Rp 6.305,1 triliun pada periode yang sama. 

Asal tahu saja, sepanjang semester I-2022, BTN mencatatkan laba bersih Rp 1,47 triliun atau tumbuh 59,87% dari paruh pertama tahun lalu yang hanya mencapai Rp920 miliar. Ini merupakan rekor pencapaian laba tertinggi pada semester pertama sejak BTN berdiri. 

Capaian itu ditopang oleh kemampuan BTN untuk menekan biaya dana alias cost of fund, di tengah pendapatan bunga yang naik tipis. Beban bunga tercatat turun 27,8% menjadi Rp 4,94 triliun. Sementara pendapatan bunga hanya naik 1,1% dari Rp 12,53 triliun pada menjadi Rp 12,68 triliun pada semester I 2022. 

Penurunan beban bunga ini disebabkan strategi BTN dalam menghimpun dana murah melalui produk giro dan tabungan (current account saving account/CASA). Tercatat CASA BTN menembus Rp 137,45 triliun meningkat 22,95%. CASA memiliki porsi 45% dari total dana pihak ketiga (DPK) per Juni 2022. Porsi ini meningkat signifikan dibandingkan setahun sebelumnya yang tercatat 37,5%. 

Peningkatan porsi CASA berdampak langsung terhadap penurunan cost of fund menjadi 1,22% pada semester I-2022. Ini merupakan cost of fund terendah BTN dalam 12 tahun terakhir.

Strategi pengembangan dana murah ini juga tidak membuat likuiditas BTN menjadi ketat. Likuiditas terpantau masih optimal yang tercermin pada loan to deposits ratio (LDR) di level 93,11%. Adapun likuiditas BTN pada tahun-tahun sebelum pandemi Covid-19 selalu ketat dengan LDR di atas 100%. 

Baca Juga: Kian Kuat, CIMB Niaga Catat Dolar AS Paling Diminati dalam Memilih Simpanan Valas

Tingginya LDR ini disebabkan karena mayoritas pembiayaan BTN adalah kredit pemilikan rumah yang memiliki tenor sangat panjang hingga 15-20 tahun, yang dibiayai oleh DPK yang memiliki tenor sangat pendek. 

Alhasil, BTN rutin menerbitkan obligasi maupun melakukan sekuritisasi aset untuk mencari likuiditas tambahan untuk mendukung pertumbuhan kredit. 

Namun, sejak BTN dipimpin oleh Direktur Utama Haru Koesmahargyo mitos likuiditas tinggi BTN terpatahkan. BTN mampu melonggarkan likuiditas sekaligus menurunkan cost of fund.

BTN saat ini dinilai berada dalam jalur yang tepat dengan fokus pada pengembangan DPK terutama pada produk dana murah. Bila likuiditas cukup ample dan cost of fund rendah maka laba BTN bisa tumbuh secara konsisten dan berkelanjutan dari tahun ke tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi