BTN Terapkan Tokenisasi DIRE untuk Mendorong Investasi Properti



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) menjadi pionir tokenisasi aset properti di Indonesia melalui skema Dana Investasi Real Estat (DIRE) berbasis teknologi blockchain.  Untuk menjalankan skema itu, BTN telah menjalin kerja sama dengan Reliance Group serta D3 Labs sebagai penyedia teknologi blockchain untuk tokenisasi aset digital. 

Ini bukan inovasi pertama yang dilakukan BTN dalam mengoptimalkan asetnya. Sebelumnya, bank berkode saham BBTN ini juga tercatat menjadi pionir dalam sekuritisasi aset yang dikenal saat ini sebagai KIK-EBA (Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset).

Direktur Risk Management BTN, Setiyo Wibowo, mengatakan pihaknya mendukung inovasi teknologi di sektor keuangan melalui tokenisasi aset digital. Tujuannya, agar lebih banyak investor dapat mengakses investasi properti, baik dalam negeri maupun luar negeri. 


“BTN akan menyediakan aset-aset properti yang masih aktif sebagai debitur BTN dan memenuhi kriteria untuk menjadi underlying DIRE. DIRE tersebut akan diterbitkan dan dikelola Reliance untuk selanjutnya ditokenisasi oleh D3 Labs,” ujar Setiyo dalam keterangan tertulisnya, Selasa (30/7). 

Baca Juga: BTN Bukukan Laba Bersih Senilai Rp 1,5 Triliun Pada Semester I-2024

Adapun, ketentuan produk DIRE sudah lama terbit sejak 2017 sesuai Peraturan OJK No. 64/POJK.04/2017 tentang Dana Investasi Real Estat Berbentuk Kontrak Investasi Kolektif. Di luar negeri, instrumen ini dikenal dengan nama Real Estate Investment Trust (REIT). 

Institusi yang menerbitkan DIRE akan memperoleh sejumlah manfaat, yakni pendanaan baru untuk menunjang ekspansi bisnis, insentif pajak, dan mengubah aset yang tidak likuid menjadi likuid. Sementara itu, investor yang berinvestasi pada DIRE juga akan mendapatkan sejumlah keuntungan, di antaranya yakni alternatif investasi di bidang properti yang sangat terjangkau, perlindungan terhadap inflasi, dan transparansi. 

Setiyo mengatakan, pengembangan Tokenisasi DIRE akan dilakukan melalui Sandbox atau uji coba bersama OJK yang dilakukan oleh Reliance Group dan D3 Labs. “Dalam hal ini, investor akan membeli DIRE yang ditawarkan oleh Reliance Group dan unit penyertaannya akan dikonversi menjadi token digital oleh D3 Labs sehingga dapat memperluas pasar hingga ke luar negeri,” jelas Setiyo.

Berdasarkan data pada website KSEI, hingga kini hanya terdapat enam produk DIRE yang telah diterbitkan di pasar modal dalam negeri. Akhabani Direktur Utama PT Reliance Manajer Investasi mengatakan bahwa menjual produk investasi berbasis properti tidak mudah meski banyak orang Indonesia yang meminati investasi di sektor properti. 

Oleh karena itu, adanya tokenisasi DIRE, pasar atau basis investornya diharapkan dapat menjadi lebih luas, transaksinya lebih banyak, dan pengalihan kepemilikannya lebih mudah.

Baca Juga: BTN Segera Rilis Program balè untuk Nasabah Pengguna BTN Mobile

Sementara itu, Tigran Adiwirya, CEO D3 Labs, melihat bahwa Indonesia saat ini primadona bagi investor global. Hal ini tercermin dari akumulasi realisasi penanaman modal asing (PMA) yang mencapai US$ 946,4 juta atau setara dengan Rp14,19 triliun pada akhir kuartal pertama tahun 2024. Dengan akumulasi tersebut, Indonesia dipandang sebagai salah satu pasar negara berkembang yang paling potensial di dunia. 

Adopsi blockchain untuk tokenisasi digital aset keuangan cukup masif dalam beberapa tahun terakhir karena pasarnya sangat likuid dan efisien. Tokenisasi DIRE di pasar global, lanjut Tigran, mengalami pertumbuhan yang pesat yaitu mencapai  US$ 178 juta pada September 2023 atau bertumbuh sekitar 90% dari posisi tahun 2022.

Pertumbuhan tersebut didorong dari penerapan teknologi blockchain yang membuka akses pada peluang investasi baru, memberikan kesempatan bagi D3 Labs, bersama dengan BTN dan Reliance untuk menangkap peluang tersebut. “Kami ingin membantu lembaga jasa keuangan mengembangkan inovasi produk dan jasa layanannya dengan mengutamakan keamanan, transparansi, dan akuntabilitas,” ujar Tigran.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dina Hutauruk