BTON berharap produksi di 2015 akan stabil



JAKARTA. PT Betonjaya Steel Tbk (BTON) berharap bisa meningkatkan produksi tahun ini. Tahun lalu perusahaan ini mengalami penurunan produksi 12% yang menyebabkan kinerja perusahaan ikut turun. 

Sekertaris Perusahaan BTON Saiful Fuad mengatakan, hal itu terjadi karena pasokan bahan baku yang berasal dari PT Gunawan Dian Jaya Steel Tbk (GDST) mengalami penurunan. Sekedar informasi, BTON merupakan perusahaan yang terafiliasi dengan GDST, dimana bahan baku masih dipasok GDST. 

Lebih lanjut ia bilang, apalagi kinerja GDST kini kurang memuaskan akibat harga baja yang mengalami penurunan di tahun lalu. Perusahaan sendiri juga tak bisa mengubah begitu saja pemasok bahan baku. Pasalnya, hanya produk GDST lah yang bisa digunakan pada mesin BTON. "Jadi, kalau kinerja GDST turun maka pengaruhnya akan langsung terasa oleh BTON," jelas Saiful kepada KONTAN, Jumat (20/2).


Dengan demikian tercatat, produksi BTON di tahun lalu sebesar 15.000 ton. Padahal di tahun sebelumnya, produksi BTON mencapai 17.000 ton. Akibat penurunan itu juga yang mengakibatkan pendapatan di 2014 juga ikut merosot. 

Terlihat dari laporan keuangan BTON terakhir di kuartal III-2014 BTON tercatat hanya mengantongi pendapatan Rp 76,74 miliar. Jumlah tersebut turun 14,84% dibandingkan tahun sebelumnya di periode yang sama. Tak hanya itu, laba periode berjalan perusahaan juga ikut turun 292,25% year on year (yoy) menjadi Rp 5,08 miliar. 

Mengenai kapasitas produksi sendiri, saat ini BTON memiliki kapasitas produksi sebesar 45.000 ton per tahunnya dengan 4 line. Jumlah tersebut mendapat tambahan dari mesin baru yang dibeli perusahaan di awal 2014 dengan kapasitas 15.000 ton per tahun. Meski telah dibeli dari sejak awal tahun, Saiful mengaku mesin baru itu baru bisa dioperasikan pada kuartal IV-2014. 

Untuk di tahun ini, perusahaan tak ada rencana untuk menambah line baru. Itu dikarenakan, jumlah produksi kini sudah dinilai cukup. Karena hal itu pula yang membuat BTON tak menganggarkan dana belanja modal atau capital expenditure (capex) yang besar di 2015. "Untuk tahun ini kami tak menganggarkan capex tertentu, paling hanya untuk perawatan mesin saja," tambah Saiful. 

Melihat keadaan perusahaan GDST yang diprediksi belum akan membaik di tahun ini, perusahaan pun akan melakukan sejumlah efisiensi untuk menekan biaya produksi. Seperti pemakaian gas yang lebih hemat sehingga pemakian mesin juga tak akan semuanya dioperasikan. 

Dengan demikian, perusahaan optimistis di tahun ini kinerjanya akan jauh lebih baik dibandingkan tahun ini. Itu didorong oleh keadaan properti yang diperdiksi lebih stabil. "Faktor ini kami berharap akan mendapatkan keuntungan," tukas Saiful. Dengan keadaan properti yang lebih stabil juga diharapkan bisa mengerek harga beton di pasaran. Maklum di tahun lalu harga beton turun 2,13% menjadi 6.555 per kg. Sedangkan di 2013 harga jualnya mencapai 6.695/kg. 

Terlepas dari itu, perusahaan tak terlalu khawatir dengan keadaan pasar. Pasalnya Saiful bilang, berapapun hasil produksi yang dihasilkan semuanya akan terserap oleh pasar. Target pasar BTON sendiri masih berfokus pada pasar domestik. 

Pasat terbesarnya ada pada kawasan Jawa Timur yang berkontribusi sebesar 70% dan pasar Jakarta sebesar 15% terhadap penjualan perusahaan. Sedangkan sisanya, disumbang oleh kawasan yang terletak di Jawa Barat, Bali, Kalimantan, dan Sulawesi. Sekedar tahu saja, BTON merupakan produsen beton polos berukuran dengan berbagai ukuran, mulai dari 6 mm sampai 12 mm. 

Namun sayangnya, Saiful belum bisa mengatakan target pendapatan dan laba perseroan di tahun ini. Adapun berdasarkan catatan KONTAN di tahun lalu BTON menargetkan penjualan sebesar Rp 124,9 miliar. Jumlah tersebut naik 10% dibandingkan realisasi tahun sebelumnya yang sebesar Rp 113,54 miliar. Mengenai target tersebut yang terealisasi atau tidak, ia juga belum dapat membeberkannya. 

Mengkaji saham yang beredar

Namun Saiful mengatakan di tahun ini BTON akan memenuhi batasan yang beredar di publik (free float) sebesar 50 juta lembar saham atau 7,5% dari jumlah saham dan modal disetor. Sementara per 31 Januari 2015, jumlah saham beredar BTON baru mencapai 19 juta lembar saham. Artinya, emiten penghasil beton ini masih harus menambah saham beredar 31 juta lembar.

“Kita belum bisa menyampaikan banyak karena ini masih dalam tahap memastikan. Namun yang pasti sebelum Desember mendatang kita sudah akan memenuhinya,” tutur Saiful. 

Ia menambahkan, BTON tak bisa terburu-buru menganbil langkah karena mempertimbangkan aspek manfaat dan biaya yang akan digelontorkan. Sebab untuk menambah saham beredar diperlukan biaya besars sehingga harus mempertimbangkan kondisi perseroan. 

Tapi tak menutup kemungkinan jika BTON akan memilih aksi right issue alias menerbitkan saham baru dengan hak memesan efek terlebih dahulu. "Itu bisa sja, tapi ini masih dalam tingkat memastikan," ujar Saiful. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Uji Agung Santosa