BTPN Berpeluang Caplok 70% Saham Sahabat



JAKARTA. Peluang Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) mengakuisisi 70% saham Bank Sahabat Purba Danarta cukup besar. Tidak ada hambatan aturan yang menghalangi aksi korporasi itu. Direktur Eksekutif Departemen Penelitian dan Pengaturan Perbankan Bank Indonesia (BI), Joni Swastanto, mengatakan sangat mungkin melakukan aksi koporasi ini, asal pengambilannya dilakukan secara bertahap. Di tahap awal 40%, setelah itu baru akuisisi 30% saham. "Dalam aturan kami, bank memang boleh mengakuisisi saham di atas 40%," ujarnya, Rabu (3/7).Caranya begini. Pada tahap awal, investor bank mengambil saham 40%. Dalam lima tahun, investor bank harus bisa mempertahankan tingkat kesehatan dan tata kelola (GCG) minimal level 2 dalam tiga periode berturut-turut. Jika memenuhi aturan tersebut, investor bisa mengajukan izin peningkatan kepemilikan ke bank sentral Tetapi tidak sembarang investor mendapat keleluasaan ini. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi. Yakni, mendapat rekomendasi dari bank sentral negara asal dan memiliki komitmen terhadap ekonomi Indonesia.Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Difi Ahmad Johansyah, menambahkan BI juga tidak mempermasalahkan status Patrick Walujo. Pemilik Northstar Pacific Partners, perusahaan keuangan yang terafiliasi dengan Texas Pacific Group (TPG) Nusantara itu adalah salah satu pemegang saham BTPN, yang merupakan menantu Theodore Permadi Rachmat, pemilik Bank Sahabat Purba. "Kami melihat hubungan keluarga hingga derajat kedua dan hubungan mereka bersifat tidak langsung. Sekarang ini proposalnya sedang diproses sesuai aturan berlaku," ujarnya.Informasi saja, BTPN masuk Bank Sahabat melalui skema penyertaan modal sebesar Rp 600 miliar. Caranya, Bank Sahabat menerbitkan saham baru dan diserap oleh BTPN. Setelah aksi itu, bank milik TPG Nusantara ini akan menguasai 70% saham bank Sahabat. Adapun sisanya milik pemegang saham lama.Pasca akuisisi, Bank Sahabat akan menjadi bank syariah dan digabungkan dengan unit usaha syariah (UUS) BTPN yang segera di spin off.  Manajemen mengambil langkah ini karena dianggap tidak membutuhkan waktu panjang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Roy Franedya