JAKARTA. Era bunga murah sudah berlalu setelah Bank Indonesia (BI) agresif menaikkan suku bunga acuan BI rate di tahun ini. Kini, posisi BI rate sudah sebesar 7,5%.Bagi bank, kenaikan BI rate berpotensi mengecilkan margin bunga bersih alias net interest margin (NIM). Sebab, bank harus mengerek suku bunga simpanan agar likuiditasnya aman. Di sisi lain, bank masih mikir-mikir menaikkan bunga pinjaman karena penyaluran kredit bisa seret.Itu pula yang dilakukan PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN). Bank ini akan menahan bunga kredit tetapi tetap menaikkan bunga simpanan. Alhasil, NIM BTPN akan menciut. Tapi memang, NIM BTPN sudah terbilang tinggi. Per September 2013, NIM BTPN tercatat 12,91%, turun tipis dari September 2012 yang di posisi 13,03%.Sebagai perbandingan, analis Panin Sekuritas Raymond Budiman bilang, rata-rata NIM perbankan per Agustus 2013 cuma sebesar 5,46%.Menurutnya, NIM BTPN besar karena kredit bank ini umumnya berbunga tinggi. Misal, bunga kredit pensiun an di atas 20%. Padahal kredit ini menyumbang 68% dari total kredit BTPN. Berdasarkan data suku bunga dasar kredit (SBDK) per 31 Oktober 2013, suku bunga kredit ritel BTPN juga tercatat tinggi sebesar 17,79%. Lalu, bunga kredit mikro 19,71%. Raymond memprediksi, NIM BTPN tetap di atas 12% pada akhir 2013.Tapi di tahun depan, Syaiful Adrian, analis Ciptadana Securities menduga, NIM BTPN bisa turun menjadi 11,5%. Sebab, BTPN akan menaikkan lagi bunga simpanan. Di tahun ini saja, bunga simpanan BTPN telah tumbuh sekitar 40 basis poin.Patut dicatat, cost of fund BTPN sensitif terhadap suku bunga karena 84,36% dana pihak ketiga (DPK) didominasi deposito.Raymond memandang likuiditas BTPN tetap aman meski loan to deposit ratio (LDR) sudah sebesar 92,39%. Rasio kecukupan modal alias capital adequacy ratio (CAR) bank ini juga masih aman sebesar 22,97%. “Lebih tinggi dibanding rata-rata CAR industri sebesar 18,02%,” kata dia.Penyaluran kredit BTPN diperkirakan masih akan tumbuh cepat. Chininta Satar, analis DBS Vickers Securities menyebutkan, kredit BTPN tumbuh lebih cepat dari industri. Pertumbuhan kredit pensiunan BTPN diprediksi stabil di level 15%-18% dan pertumbuhan kredit mikro tak lebih dari 30%.Tahun ini, Syaiful memprediksi, net interest income BTPN akan tumbuh 18%. Sedangkan, laba bersih akan naik 24%. Target itu diperoleh dengan asumsi penyaluran kredit naik 24% ditopang oleh DPK yang tumbuh 20%.Bisnis BTPN akan bertambah besar setelah resmi mengakuisisi 70% saham PT Bank Sahabat Purba Danarta senilai Rp 373,3 miliar. BTPN berencana mengubah bank itu menjadi BTPN Syariah. Kata analis, akuisisi ini positif bagi bisnis BTPN. Syaiful menyarankan hold saham BTPN dengan target harga Rp 4.500. Sedangkan, Chininta merekomendasikan buy saham BTPN dengan target harga Rp 5.500.Adapun, Hadi Soegiarto, analis CIMB Securities merekomendasikan outperform saham BTPN dengan target Rp 5.150 per saham.Selasa (3/12), harga saham BTPN turun 0,62% ke posisi Rp 4.000 per saham.
BTPN tumbuh cepat karena kredit melesat
JAKARTA. Era bunga murah sudah berlalu setelah Bank Indonesia (BI) agresif menaikkan suku bunga acuan BI rate di tahun ini. Kini, posisi BI rate sudah sebesar 7,5%.Bagi bank, kenaikan BI rate berpotensi mengecilkan margin bunga bersih alias net interest margin (NIM). Sebab, bank harus mengerek suku bunga simpanan agar likuiditasnya aman. Di sisi lain, bank masih mikir-mikir menaikkan bunga pinjaman karena penyaluran kredit bisa seret.Itu pula yang dilakukan PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN). Bank ini akan menahan bunga kredit tetapi tetap menaikkan bunga simpanan. Alhasil, NIM BTPN akan menciut. Tapi memang, NIM BTPN sudah terbilang tinggi. Per September 2013, NIM BTPN tercatat 12,91%, turun tipis dari September 2012 yang di posisi 13,03%.Sebagai perbandingan, analis Panin Sekuritas Raymond Budiman bilang, rata-rata NIM perbankan per Agustus 2013 cuma sebesar 5,46%.Menurutnya, NIM BTPN besar karena kredit bank ini umumnya berbunga tinggi. Misal, bunga kredit pensiun an di atas 20%. Padahal kredit ini menyumbang 68% dari total kredit BTPN. Berdasarkan data suku bunga dasar kredit (SBDK) per 31 Oktober 2013, suku bunga kredit ritel BTPN juga tercatat tinggi sebesar 17,79%. Lalu, bunga kredit mikro 19,71%. Raymond memprediksi, NIM BTPN tetap di atas 12% pada akhir 2013.Tapi di tahun depan, Syaiful Adrian, analis Ciptadana Securities menduga, NIM BTPN bisa turun menjadi 11,5%. Sebab, BTPN akan menaikkan lagi bunga simpanan. Di tahun ini saja, bunga simpanan BTPN telah tumbuh sekitar 40 basis poin.Patut dicatat, cost of fund BTPN sensitif terhadap suku bunga karena 84,36% dana pihak ketiga (DPK) didominasi deposito.Raymond memandang likuiditas BTPN tetap aman meski loan to deposit ratio (LDR) sudah sebesar 92,39%. Rasio kecukupan modal alias capital adequacy ratio (CAR) bank ini juga masih aman sebesar 22,97%. “Lebih tinggi dibanding rata-rata CAR industri sebesar 18,02%,” kata dia.Penyaluran kredit BTPN diperkirakan masih akan tumbuh cepat. Chininta Satar, analis DBS Vickers Securities menyebutkan, kredit BTPN tumbuh lebih cepat dari industri. Pertumbuhan kredit pensiunan BTPN diprediksi stabil di level 15%-18% dan pertumbuhan kredit mikro tak lebih dari 30%.Tahun ini, Syaiful memprediksi, net interest income BTPN akan tumbuh 18%. Sedangkan, laba bersih akan naik 24%. Target itu diperoleh dengan asumsi penyaluran kredit naik 24% ditopang oleh DPK yang tumbuh 20%.Bisnis BTPN akan bertambah besar setelah resmi mengakuisisi 70% saham PT Bank Sahabat Purba Danarta senilai Rp 373,3 miliar. BTPN berencana mengubah bank itu menjadi BTPN Syariah. Kata analis, akuisisi ini positif bagi bisnis BTPN. Syaiful menyarankan hold saham BTPN dengan target harga Rp 4.500. Sedangkan, Chininta merekomendasikan buy saham BTPN dengan target harga Rp 5.500.Adapun, Hadi Soegiarto, analis CIMB Securities merekomendasikan outperform saham BTPN dengan target Rp 5.150 per saham.Selasa (3/12), harga saham BTPN turun 0,62% ke posisi Rp 4.000 per saham.