Buana Lintas (BULL) Ekspansi Empat Pilar Usaha, Begini Strategi & Prospek Kinerjanya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Buana Lintas Lautan Tbk (BULL) akan memacu pendapatan dan laba dengan fokus mengembangkan empat pilar usaha. BULL mulai mengeksekusi rencana ekspansi bisnis sebagai bagian dari upaya mendongkrak kinerja pada tahun depan. 

Corporate Secretary Buana Lintas Lautan, Krisnanto Tedjaprawira membeberkan strategi ekspansi serta prospek bisnis dari empat pilar usaha BULL. Pertama, bisnis transportasi minyak mentah dan produk minyak (oil tankers), yang selama ini menjadi andalan BULL untuk meraup pendapatan.

Hingga kuartal III-2025, pendapatan BULL naik 4,58% secara tahunan atau year on year (yoy) dari US$ 102,59 juta menjadi US$ 107,29 juta. Sementara laba bersih BULL naik tipis 1,50% (yoy) dari US$ 12,59 juta menjadi US$ 12,78 juta.


Krisnanto memproyeksikan pendapatan BULL pada tahun 2025 akan relatif stabil, tidak bergerak jauh dari level US$ 140 juta seperti capaian pada tahun 2023-2024. Tarif sewa kapal tanker di pasar internasional yang bertahan pada level tinggi menjadi salah satu faktor yang menjaga stabilitas kinerja BULL.

Baca Juga: Moratorium Izin Properti di Jabar Tak Ganggu Proyek Perdana Gapuraprima (GPRA)

"Secara komposisi (pendapatan usaha) belum banyak perubahan, hampir seluruhnya berasal dari kapal tanker minyak. Dengan (strategi) penambahan pilar usaha, diharapkan akan memiliki dampak yang tinggi pada tahun 2026," kata Krisnanto dalam paparan publik yang berlangsung secara virtual pada Senin (22/12/2025).

Tak ingin hanya bertumpu pada bisnis oil tanker, pilar bisnis kedua yang bakal menjadi andalan BULL adalah tranportasi gas alam yang dicairkan atau Liquefied Natural Gas (LNG) untuk pasar domestik maupun internasional. BULL ingin menangkap peluang dari percepatan pertumbuhan perdagangan LNG.

Tingkat penggunaan kapal-kapal LNG untuk pengangkutan di pasar domestik saja diestimasikan mengalami peningkatan hampir dua kali lipat dalam tiga tahun terakhir. Kemudian, dalam 3-4 tahun ke depan diproyeksikan akan banyak fasilitas-fasilitas LNG yang mulai beroperasi. 

Dus, kebutuhan kapal pengangkut akan terus meningkat, khususnya untuk mengangkut LNG dari proyek gas yang berlokasi di kawasan Indonesia bagian timur. "Kami melihat tahun 2026-2029 akan memiliki prospek yang baik untuk LNG di pasar internasional maupun pasar domestik, sehingga kami juga mulai mempersiapkan untuk menambah armada tanker LNG," ungkap Krisnanto. 

Pilar bisnis ketiga BULL masih terkait dengan komoditas LNG, yakni Floating Storage and Regasification Unit (FSRU). Pengembangan pilar bisnis FSRU bertujuan untuk menangkap peluang dari penggunaan LNG, khususnya untuk pembangkitan listrik berbasis tenaga gas.

Berdasarkan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025-2034, setidaknya ada lima FSRU besar yang akan segera dibangun, di samping FSRU LNG yang lebih kecil dan klaster logistiknya. BULL pun siap mengikuti lelang (tender) untuk bisa ikut menggarap proyek FSRU tersebut.

Konsorsium BULL menjadi salah satu kandidat yang masuk daftar partisipan terbatas untuk berpartisipasi dalam tender FSRU PT PLN (Persero). Pada bulan Desember ini, BULL berpartisipasi dalam salah satu tender FSRU.

Selanjutnya, konsorsium BULL melirik empat tender FSRU yang akan berlangsung pada tahun depan. "Kami melihat ada potensi dari tender-tender FSRU yang baru. (Targetnya) kami memenangi paling sedikit satu FSRU," kata Krisnanto.

Pilar bisnis keempat yang sedang dikembangkan oleh BULL adalah produksi dan penampungan minyak mentah & gas alam lepas pantai. BULL membidik pasar untuk unit produksi, penyimpanan, dan bongkar muat terapung atau Floating Production Storage and Offlloading (FPSO) dan Floating Storage & Offloading (FSO).

BULL memproyeksikan pasar untuk unit FPSO dan FSO akan terus tumbuh dalam beberapa tahun ke depan. Bukan hanya di Indonesia, tapi juga di wilayah Asia Tenggara lain seperti Malaysia, Vietnam dan Myanmar. Konsorsium BULL berpartisipasi dalam beberapa tender proyek FPSO dan FSO.

Krisnanto mengungkapkan bahwa strategi pengembangan empat pilar usaha BULL tersebut mempertimbangkan sejumlah faktor. Pertama, mendiversifikasi sumber pendapatan sekaligus menyeimbangkan siklus antara bisnis margin tinggi dan stabilitas bisnis berbasis kontrak.

Krisnanto menyoroti, bisnis pengangkutan minyak memiliki karakteristik fluktuasi yang tinggi. Apalagi, di tengah kondisi geo-politik global yang saat ini bergerak lebih dinamis. Dus, BULL memerlukan diversifikasi pendapatan dengan margin tinggi dan kontrak dengan durasi jangka panjang yang bisa lebih dari 10 tahun.

"Dengan begitu, siklus dari oil tanker yang naik-turun dapat diimbangi dengan pendapatan dari pilar usaha lain. (Pertumbuhan pendapatan) ke depannya bukan hanya dari daerah operasi, tapi dari lini usaha, yang mana dasar pengembangannya bisa memperoleh lebih banyak pendapatan dari kontrak jangka panjang dan margin yang tinggi," terang Krisnanto.

Kedua, pengembangan empat pilar usaha ini juga bisa meningkatkan disiplin modal melalui investasi dan kemitraan selektif. Ketiga, melalui strategi ini, BULL bisa memanfaatkan sinergi operasional dan teknis di seluruh aset.

Baca Juga: Paramount Gading Semarakkan Akhir Tahun dengan Kegiatan dan Promo Menarik

"Dengan penambahan tiga pilar baru tersebut, mudah-mudahan pendapatan Perseroan akan meningkat cukup signifikan. Akan tetapi, akan ada proses, yang mana setiap kuartal progresnya akan terlihat," tandas Krisnanto.

Selanjutnya: Bakti BCA Salurkan Bantuan Kemanusiaan, Bangun Instalasi Air Bersih & MCK di Sumatra

Menarik Dibaca: 13 Manfaat Jalan Kaki bagi Kesehatan Tubuh, Bisa Memperpanjang Umur!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News