JAKARTA. PT Bumi Resources Tbk (BUMI) akhirnya berencana menggunakan dana internal untuk membiayai pembelian kembali (buy back) hingga 17% saham BUMI yang ada di pasar. Biar begitu, BUMI tetap saja menjalankan rencananya untuk mencari utang. "Utang yang kami dapat itu untuk belanja modal, diversifikasi, dan rencana bisnis lainnya," kata Senior Vice President Investor Relations BUMI Dileep Srivastava, kemarin (18/12). Sebelumnya, BUMI berniat menggelar buy back saham memakai dana internal dan eksternal. Anak usaha Kelompok Bakrie ini memperkirakan butuh US$ 824 juta untuk mendekap lagi 17% saham. Maklum, ia sempat menargetkan harga buy back Rp 2.500 per saham. Rencananya, BUMI akan mengambil dana US$ 224 juta dari kas internal dan sisanya, US$ 600 juta dari pinjaman. Tapi, belakangan Bursa Efek Indonesia (BEI) meminta BUMI tidak membiayai buy back dengan utang. Otoritas bursa saham itu juga meminta BUMI tak mematok harga buy back Rp 2.500 per saham. Alasannya, patokan harga itu bisa menyesatkan investor saham.
Buat Buy Back, BUMI Memilih Pakai Kas Internal
JAKARTA. PT Bumi Resources Tbk (BUMI) akhirnya berencana menggunakan dana internal untuk membiayai pembelian kembali (buy back) hingga 17% saham BUMI yang ada di pasar. Biar begitu, BUMI tetap saja menjalankan rencananya untuk mencari utang. "Utang yang kami dapat itu untuk belanja modal, diversifikasi, dan rencana bisnis lainnya," kata Senior Vice President Investor Relations BUMI Dileep Srivastava, kemarin (18/12). Sebelumnya, BUMI berniat menggelar buy back saham memakai dana internal dan eksternal. Anak usaha Kelompok Bakrie ini memperkirakan butuh US$ 824 juta untuk mendekap lagi 17% saham. Maklum, ia sempat menargetkan harga buy back Rp 2.500 per saham. Rencananya, BUMI akan mengambil dana US$ 224 juta dari kas internal dan sisanya, US$ 600 juta dari pinjaman. Tapi, belakangan Bursa Efek Indonesia (BEI) meminta BUMI tidak membiayai buy back dengan utang. Otoritas bursa saham itu juga meminta BUMI tak mematok harga buy back Rp 2.500 per saham. Alasannya, patokan harga itu bisa menyesatkan investor saham.